-->








Pemuda Muhammadiyah Sumut Gelar Dialog dengan Menteri Pendidikan RI

08 Januari, 2017, 17.48 WIB Last Updated 2017-01-08T13:47:29Z
MEDAN - Pendidikan semestinya bertanggungjawab terhadap proses pencerdasan bangsa dan berimplikasi kuat pada proses empowerment (pemberdayaan). Hal ini perlu ditegaskan kembali, karena tingkat pendidikan yang meningkat ternyata tidak selalu inheren dengan tingkat pemberdayaan, dan karenanya tidak inheren pula dengan tingkat kemandirian.

Hal tersebut disampaikan Ketua PW. Muhammadiyah Sumut Prof. Dr. Hasyimsyah, MA, dalam kata sambutannya saat digelar dialog dengan Menteri Pendidikan RI, Sabtu (07/01/2016).

Dalam sambutannya juga, Ketua PW. Muhammadiyah Sumut mengatakan pendidikan merupakan sebuah proses penting dalam kehidupan manusia, karena melalui proses ini manusia dibentuk dan dilahirkan sebagai seorang manusia yang utuh dan sebenarnya.

Sebaliknya, sambungnya, kadang-kadang meningginya tingkat pendidikan malah berimplikasi padamakin meningkatnya ketergantungan kepada pihak-pihak lain. Dalam upaya mencerdaskan bangsa pendidikan seharusnya dipandang sebagai alat perjuangan pencerahan manusia. Sebagai alat perjuangan pencerahan manusia maka minimal ada tiga aspek yang harus ada dalam sebuah proses pendidikan. 

Pertama, aspek iman, yang berorientasi pada proses pembentukan keyakinan manusia akan penciptanya (spiritualitas). Kedua, aspek kognisi, yang berorientasi  pada perubahan pola pikir (intelektualitas). Ketiga, Aspek affeksi, yang berorientasi pada perubahan sikap mental dan perilaku (mentalitas).

Sedangkan Menteri Pendidikan RI Prof. Dr. Muhajir Effendi dalam pemaparannya mengatakan pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensidirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

"Pendidikan yang sukses adalah pendidikan yang mampu mengantarkan pelajar menjadi bertaqwa, berkepribadian matang, berilmu mutakhir dan berprestasi, mempunyai rasa kebangsaan, dan berwawasan global," sebutnya.

Dijelaskannya juga, bahwa UN sesungguhnya sudah baik, akan tetapi dalam pelaksanaannya UN sangat banyak ditemukan sebuah proses yang mengajarkan kepada anak didik untuk berbohong. Realita di lapangan membuktikan bahwa suatu daerah mengharuskan kelulusan siswa itu minimal 90%, sehingga kepala dinas akan menekan kepala sekolah, kepala sekolah akan menekan guru, guru akan melakukan segala cara untuk bisa membantu siswa sampai memberikan bocoran jawaban.

"Saat ini, UN bukanlah penentu kelulusan akan tetapi proses ini tetap terjadi, karena adanya tekanan harus lulus 100% atau minimal 90%. Ini akan memberikan pembelajaran yang tidak baik untuk dunia pendidikan kita," tandasnya.

Sementara Ketua PW. Pemuda Muhammadiyah Sumatera Utara M. Basir Hasibuan, M.Pd, mengatakan dialog ini merupakan program bidang pendidikan PW. Pemuda Muhammadiyah sebagai bentuk partisipasi aktif Pemuda Muhammadiyah dalam melakukan pencerdasan terhadap bangsa.

Dalam kesempatan ini PW. Pemuda Muhammadiyah Sumut memberikan rekomendasi kepada Menteri Pendidikan. Adapun beberapa rekomendasi yang  diberikan sebagai berikut:
1. Perlunya pembaharuan buku ajar di Indonesia .
2. Meningkatkan kesejahteraan guru berbasis prestasi dan kinerja guru yang lebih profesional. 
3. Membuat aturan sanksi yang jelas buat guru yang tidak meningkatkan kualitas mengajarnya di kelas. Apakah teguran sampai pemberhentian sertifikasi?
4. Guru honor harus lebih diperhatikan kesejahteraannya. 
[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini