-->








Generasi Aceh Harus Siap Terima Tantangan Budaya Luar

05 September, 2017, 22.13 WIB Last Updated 2017-09-05T15:13:57Z
ACEH TIMUR - Aceh dikenal dengan status Serambi Mekkah yang mengikat dengan adanya Qanun Syariat Islam. Namun para generasi kita terlena dengan budaya barat.

Terkait hal tersebut, sangat penting peran orang tua dan guru dalam mendidik. Karena selama ini adik-adik kita terkesan tidak mengenal orang tua dan gurunya. Ini terjadi karena orang tua memfokuskan di pendidikan formal, sedangkan pendidikan agama hanya untuk perlengkapan saja.

Hal itu disampaikan Zubaili selaku Ketua Generasi Penerus Aceh (GPA) saat temu ramah dengan Ketua Lembaga Acheh Future, Razali Yusuf,  Ketua LSM KP2A & CP Muhammad, S.Pd, sejumlah Mahasiswa dan Tokoh Pemuda Aceh Timur-Aceh Utara, di Tanjung Minje, Kecamatan Madat, Aceh Timur, Selasa (05/09/2017).

"Kami berharap para calon generasi penerus sekurang-kurangnya harus mampu membaca Kitab Kuning, agar Aceh kedepan menjadi Aceh yang benar benar bersyariat," demikian harapnya.

Menurutnya, anggaran untuk pendidikan ini harus adil, pendidikan agama harus menjadi prioritas. Kita melihat, saat ini sungguh ironis yang terjadi pada pendidikan dayah padahal ini harus benar-benar diperhatikan oleh pemerintah baik pengadaan kitab-kitab maupun keperluan para santri /santriwati yang ada di dayah/pesantren.

"Kita sangat mengharapkan karya yang telah diukir oleh gubernur kita sebelumnya, Bapak Irwandi Yusuf pada waktu menjabat sebagai gubernur periode sebelumnya kini kembali harus menjadi prioritas agar melahirkan generasi Aceh kedepan yang handal, agamis dan bermoral," tambah Zubaili.

Dalam temu ramah tersebut, salah seorang pemuda, Hanafiah (31), dari Kecamatan Madat, mengatakan banyak pemuda terancam masa depannya dengan narkoba dan pergaulan bebas. Ini menjadi PR untuk kita semua.

"Saya berharap dengan keberadaan OKP, GPA ini mampu merangkul serta mengajak mereka kearah yang lebih baik," katanya.

Pembahasan yang alot terhadap perkembangan pemuda Aceh, juga ditanggapi oleh salah seorang Santri Tgk. Rahmat Yani (16), yang saat ini sedang belajar pendidikan agama di Dayah Bustanul Huda Paya Pasi.

Tgk. Rahmat yang tamatan Sekolah Dasar (SD) memilih dayah sebagai tempat belajar seterusnya hanya untuk menghindari dari pengaruh budaya barat yang sedang mengkikis akhlaq yang terpuji dalam generasi penerus bangsa.

"Saya tidak ragu menempuh hidup ini bila tidak seiring dengan mereka yang lagi larut dengan hiasan dunia melalui budaya barat. Tapi yang saya takutkan kesiapan dan pembekalan diri untuk menuju akhirat nanti," kata Tgk. Rahmat.

Sementara itu, Ketua LSM KP2A & CP Muhammad, S.Pd, menambahkan judi oneline juga saat ini sangat mengancam generasi Aceh. Ini harus benar-benar diperhatikan lagi. Di Propinsi Aceh sudah ada Wilayatul Hisbah (WH) meraka harus pro aktif dalam memerangi kemaksiatan yang terjadi.

"Syariat Islam di Aceh harus benar-benar ditegakkan, jangan sampai kita malu dengan propinsi lain. Kita harus memperkuat kembali kebiasan kita dulu dengan memperkuat pengajian dan majelis taklim di setiap pelosok agar marwah Nanggroe Aceh Darussalam kembali seperti semula," tegasnya.

Sedangkan Ketua Acheh Future, Razali Yusuf mengharapkan pada Pemerintah Aceh untuk mengkhususkan status pendidikan agama di dayah, karena pendidikan agama pendidikan yang tertua di Asia.

"Pondasi dari pendidikan lain, mohon tentang anggaran, harus kesejahteraan dewan guru harus lebih diperhatikan karena dengan adanya dayah. Mata generasi penerus terbuka dari ancaman budaya barat," sebutnya.

"Begitu juga harapan saya pada wakil rakyat, yang terpilih berkat ijazah dayah. Mohon jangan terlena dengan sejuknya AC di ruangan anda, perjuangkanlah dana rutin untuk kebutuhan pendidikan dayah, terlepas dari dana aspirasinya," ungkap Razali.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini