-->








Panglima Yatim: Kami Melawan Untuk Selamatkan Kawasan Cagar Budaya Aceh

28 November, 2017, 19.01 WIB Last Updated 2017-11-29T12:11:22Z
BANDA ACEH - Komunitas Penyelamat Kawasan Cagar Budaya Aceh mengingatkan Pemerintah Kota Banda Aceh agar dapat dengan segera mengembalikan letak makam para Ulama dan Raja-raja yang berada di lokasi proyek Instalasi Pembuangan Air Limbah (IPAL), Gampong Pande, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. 

"Jika proyek tersebut tetap dilanjutkan, maka akan berdampak buruk dimata masyarakat dan akan bersatu untuk melawan," demikian dikatakan Panglima Yatim Rafiq, Ketua LSM Panglima saat memenuhi undangan beberapa tokoh keturunan pewaris ulama dan raja di Kuta Alam Kupi, Selasa (28/11/2017).

Menurut Panglima, Komunitas Penyelamat Kawasan Cagar Budaya Aceh bukannya menolak proyek pembangunan IPAL. Tetapi karena masalah tata letaknya saja tidak sesuai, sehingga komunitas meminta proyek tersebut untuk direlokasi ke daerah lain.

"Jangan makam ulama dan raja-raja yang direlokasi, proyek IPAL dipindahkan ketempat lain. Untuk merelokasi proyek tersebut juga harus dengan melakukan kajian-kajian yang seksama dalam berbagai aspek yang perlu diperhitungkan, sehingga kesalahan seperti ini tidak terulang lagi," tegas Panglima yang dikenal aktif dan sangat peduli dengan rakyat miskin dan anak yatim piatu itu.

Panglima menjelaskan bahwa yang menjadi pokok permasalahan dalam proses IPAL adalah pada tata letaknya, karena disitu kawasan cagar budaya yang harus diselamatkan sesuai UU 11/Tahun 2010 dan terdapatnya makam para ulama jaman dahulu. 

"Di pemakaman umum pun kurang etis dan tak bermoral apabila dijadikan tempat pembuangan tinja. Ini adalah kuburan para endatu kita tempo dulu, kenapa harus kita cemari?" ujarnya dengan nada geram. 

"Sementara kuburan Kherkoov Belanda di Setui, kita jaga dan selalu dirawat. Bagaimana jika kuburan orang tua kita atau kakek buyut kita dibuang najis oleh orang lain? Pasti kita akan marah," imbuh aktifis anti narkoba itu. 

Coba buang kotoran dikuburan Kerkhoov Belanda di Setui, tambahnya, pasti masyarakat Belanda juga akan marah. Cobalah pikir dengan akal sehat.

"Jika hal ini tidak diindahkan, maka perihal ini akan kami perjuangkan hingga ke pusat dan kami akan melawan," pungkasnya. 

Dalam pertemuan pembahasan permasalahan tersebut turut dihadiri Yusri Ramli dari Mapesa, Teuku Raja Adun Al Kahar, tokoh adat, tokoh masyarakat dan aktifis.[Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini