-->


Aktivis SPMA Subulussalam: Pemkot Subulussalam Harus Stabilkan Harga TBS

10 Juli, 2018, 19.06 WIB Last Updated 2018-07-10T12:06:03Z
SUBULUSSALAM - Pasca Idulfitri lalu harga tandan buah segar (TBS) di pasaran anjlok, padahal seminggu sebelum lebaran harga TBS  berkisar Rp.1300/kg  hingga Rp.1700/kg. Namun saat ini harga TBS turun drastis yaitu mencapai Rp.750 /kg. 

Keadaan ini sangat menyulitkan petani kebun kelapa sawit, apalagi harga kebutuhan pokok terus meningkat ditambah lagi kebutuhan biaya anak sekolah. Seperti yang kita ketahui memang Subulussalam adalah salah satu penghasil TBS terbesar di Aceh karena hampir 80 % masyarakat kota Subulussalam adalah petani kelapa sawit. 

Muzirul Qadhi, aktivis SPMA Subulussalam dan alumni SPMA Banda Aceh sekaligus mahasiswa Subulussalam di Banda Aceh mengingatkan pemerintah untuk menstabilkan kembali harga TBS yang selama ini sangat mencekik pendapatan petani. Pemerintah tidak bisa tinggal diam harus ada solusi atau alternatif lain yang harus diambil.

Muzir juga berharap, agar pemerintah dan DPRK dapat meninjau langsung pabrik penampung buah kelapa sawit. 

"Jangan ada yang bermain dan mengotak-atik harga sawit, ini perkara hidup orang banyak," tegas Muzir saat diwawancarai media, Selasa (10/07/2018), di kediamannya. 

Sedangkan Zuliadi Kdr, SH, Mantan Sekjen IPMASAD juga menyampaikan hal senada tentang buruk kinerja pemerintah dalam menangani anjloknya harga TBS di pasaran. 

"Jika kita bandingkan dengan harga/kg TBS kelapa sawit di daerah Jambi dan Riau maka jauh lebih mahal dibandingkan dengan harga TBS kelapa sawit di Kota Subulussalam," sebutnya. 

Hal ini memang sudah menjadi sasaran empuk perusahaan, karena setiap sehabis lebaran Idulfitri selalu berimbas kepada para petani dengan menurunkan harga TBS kelapa sawit. 

"Padahal harga jual CPO dan Carnel dari perusahaan cukup tinggi. Tapi mengapa harus petani yang menanggung harga yg sangat rendah ini," keluh Zuliadi.

"Saya pikir ini tidak terlepas dari campur tangan pemerintah kedepan dengan perusahaan agar menstabilkan harga TBS kelapa sawit,” ucapnya lagi.

Karena menurutnya, jika harga TBS kelapa sawit selalu stabil maka masyarakat juga lebih mudah dan dapat terlihat makmur dengan kebutuhan yg terpenuhi. Sangat disayangkan sekali jika ini berlarut larut. 

"Masyarakat harus diperhatikan agar bisa makmur dan jauh dari kemiskinan jika sumber penghasilannya selalu dikebiri oleh perusahaan," tukasnya. 

Zuliadi berharap, agar DPRK Kota Subulussalam untuk ikut berperan dalam  menyelamatkan taraf ekonomi masyarakat.

“DPRK harus berani mendorong pemerintah untuk bekerjasama agar persoalan TBS ini tidak menyusahkan masyarakat kita,” tutupnya.[*]
Komentar

Tampilkan

Terkini