Sekolah semestinya menjadi rumah kedua dan rumah berkembang, tumbuh bagi siswa. Namun pada nyatanya banyak sekolah yang belum menerapkan sepenuhnya sistem belajar dan mengajar yang dapat membuat para siswa nyaman di lingkungannya dan membuat para siswa merasa senang untuk bersekolah.
Membuat sekolah menjadi lingkungan yang sangat nyaman dan membuat para siswa senang masih menjadi sebuah PR bagi Dinas Pendidikan dan para pengajar di sekolah.
Sangat banyak sekali para pengajar di Indonesia yang masih menerapkan perspektif lama dalam melangsungkan kegiatan belajar dan mengajar yang terlalu memprioritaskan para siswwa untuk disiplin dan memahami pelajaran disekolah. Akhirnya mengakitbatkan para siswa yang menginginkan senang belajar disekolah menjadi terabaikan.
Dampak buruk jika siswa tidak menyenangi situasi kegiatan belajar dan mengajar adalah stress dan trauma belajar, mereka akhirnya juga melakukan dan mencoba untuk membolos sekolah, lari dari pelajaran, dan berbohong kepada para pengajar demi menghindari kegiatan belajar mengajar.
Sungguh sayang sekali jika hal yang seperti ini terjadi terus menerus yang dikarenakan salah satu efeknya para siswa tidak akan menyenangi kegiatan belajar dan mengajar dilingkungan sekolah, dan setelahnya para murid tidak akan mengingat pelajaran yang mereka pelajari disekolah. Sehingga sangat tidak dipungkiri para siswa akan sangat mudah lupa pelajaran dalam hitungan minggu atau bulan.
Sudah waktunya bagi para instansi Pendidikan untuk lebih memperhatikan kembali unsur kenyamanan dan kesenangan para murid dalam mengikuti seluruh aktivitas dan kegiatan belajar.
Dengan demikan, harapannya para siswa tidak akan mengalami trauma ilmu pengetahuan, malah sebaliknya para siswa akan senang dan semakin terdorong untuk belajar secara mandiri.
Oleh : Asyam Haq Wakid (Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo)
