-->








Satgas Gabungan TNI-Polri Kembali Temukan Jenazah Korban Pembantaian di Yigi

09 Desember, 2018, 17.19 WIB Last Updated 2018-12-09T10:48:57Z
IST
JAYAPURA - Berdasarkan laporan yang diterima dari TKP pasca insiden pembantaian sejumlah karyawan PT. Istaka Karya yang sedang mengerjakan proyek pembangunan jembatan di Distrik Yigi oleh Kelompok Kriminal Separatis Bersenjata (KKSB) 2 Desember lalu. Tim gabungan TNI -Polri kembali menemukan 1 orang jenazah. 

Korban ditemukan di dalam hutan sekitar 500m - 1 km dari posisi pembantaian di lereng bukit puncak Kabo, Minggu (09/12/2018) sekitar pukul 13.00 WIT. Ciri-ciri umum jenazah jenis kelamin laki-laki berambut panjang menggunakan celana panjang warna putih. Kondisi jenazah sudah mulai rusak atau membusuk.

Saat ini jenazah telah diangkut ke poros jalan Distrik Yigi-Mbua untuk dievakuasi ke Mbua melalui jalur darat. Selanjutnya Jenazah korban rencana akan dievakuasi ke Wamena dengan jalur udara (helly). 

Satgas gabungan TNI- Polri akan terus melaksanakan pencarian sisa korban yang belum ditemukan. Sesuai dengan data bahwa masih tersisa dua orang jenazah yang belum ditemukan dan  dua orang korban yang diduga masih hidup hingga sekarang belum diketahui nasibnya.

Saat ini pasukan gabungan TNI-Polri telah menguasai dan menduduki distrik Yigi dan Mbua. Situasi di distrik Mbua pasca penyerangan KKSB terhadap pos TNI di Mbua pada 3 Desember lalu, masyarakat secara umum mengungsi ke hutan namun sejak kemarin hingga sekarang warga Mbua sudah mulai berangsur-ansur kembali ke kampung dan  kegiatan sosial serta roda ekonomi mulai berjalan kembali. Sedangkan di Yigi situasi kampung masih sepi hanya beberapa warga yang bertahan di kampung sementara sebagian masyarakat masih berlindung di hutan.

Kapendam XVII/Cend Kolonel Inf Muhammad Aidi, menanggapi pemberitaan oleh beberapa media kepala kampung di Yigi mengatakan bahwa dalam proses evakuasi, pasukan TNI melakukan serangan udara dan serangan Bom dan mengakibatkan sejumlah warga sipil tewas menjadi korban. 

"Kami perlu tegaskan di sini bahwa TNI tidak pernah menggunakan serangan bom, TNI hanya menggunakan senjata standar pasukan infantri yaitu senapan perorangan yang dibawa oleh masing-masing prajurit. Media dan warga juga bisa melihat bahwa alutsista yang digunakan TNI hanya helly angkut jenis bell dam MI-17. Tidak ada helly serang apalagi pesawat tempur atau pesawat pengebom," katanya.

Selain itu TNI juga hingga saat ini belum pernah melakukan serangan, sebaliknya pada saat melaksanakan upaya evakuasi justru merekalah KKSB yang menyerang Tim Evakusi sehingga terjadi kontak tembak dan mengakibatkan satu orang anggota Brimob menderita luka tembak.

"Kami gambarkan bahwa lokasi pembantaian di bukit puncak Kabo adalah kawasan hutan yang terletak sekitar 4-5 km dari pinggir kampung terdekat. Jadi bila ternyata ada laporan telah jatuh korban akibat kontak tembak tersebut maka dapat dianalisa bahwa korbannya bukan warga sipil murni tapi mungkin saja mereka adalah bagian pelaku yang telah melaksanakan pembantaian," sebut Kapendam XVII/Cend Kolonel Inf Muhammad Aidi

Menanggapi juga seruan Sabby Sambon yang mengaku juru bicara KKSB agar TNI bertempur secara benar. Jangan bertempur diluar zona tempur yang sudah ditentukan. Mereka mengklaim bahwa mereka telah menentukan zona tempur di kawasan Habema sampai dengan Mbua. Walaupun itu hanya klaim sepihak karena tidak pernah ada perjanjian antara TNI dan KKSB tentang zona tempur tersebut.

KKSB melalui jurubicaranya Sabby Sambon mengatakan TNI jangan bertempur di Yigi atau Mbua karena sudah di luar zona tempur. Tapi faktanya justru KKSB telah melakukan pembantaian di bukit Puncak Kabo Distrik Yigi dan melakukan penyerangan Pos TNI di Mbua, mereka telah melakukan serangan terhadap pasukan gabungan TNI-Polri yang sedang melakukan upaya evakuasi terhadap korban baik di TKP puncak Kabo maupun di sepanjang jalur evakuasi Yigi-Mbua. Artinya mereka sangat tidak konsisten terhadap pernyataannya sendiri.

Tambahnya, Ini adalah cara bertempur sistem gerilya di mana tidak dikenal adanya zona tempur, tapi di mana pasukan TNI bertemu dengan KKSB maka disitulah zona tempurnya. 

"Segala pernyataan tentang jatuhnya korban sipil, serangan bom dan istilah zona tempur hanyalah upaya propaganda pihak KKSB untuk berusaha menggiring opini publik guna memojokkan TNI-Polri seolah-olah TNI-Polrilah yang telah melakukan tindakan pelanggaran HAM, sedangkan mereka yang telah membatai puluhan orang warga sipil yang tidak berdosa seakan-akan bukan sebuah kesalahan," tandas Kapendam XVII/Cend Kolonel Inf Muhammad Aidi.

Komentar

Tampilkan

Terkini