-->




Maju Mundur 'Referendum', Muhammad Nazar Tulis Ini

17 Juni, 2019, 18.44 WIB Last Updated 2019-06-17T11:44:09Z
BANDA ACEH - Pasca Pilpres 2019, dimana KPU mengumumkan pasangan Jokowi-Ma'ruf Amin menang atas Prabowo-Sandi masih menunggu proses gugatan di MK yang dilakukan BPN 02.

Terlepas hiruk pikuk gugatan Pilpres di Mahkamah Konstitusi, sebelumnya wacana 'Referendum' juga menyeruak ke publik Aceh dan Nasional. Wacana tersebut diucapkan Muzakir Manaf atau akrab disapa Mualem saat peringatan Kesembilan Tahun (3 Juni 2010-3 Juni 2019), wafatnya Wali Neugara Aceh, Paduka Yang Mulia Tgk. Muhammad Hasan Ditiro dan buka bersama di salah satu Gedung Amel Banda Aceh, Senin (27/5/2019) malam. 

Karena menimbulkan pro kontra, pada Selasa (11/6/2019) malam, muncul sebuah video singkat klarifikasi Mualem yang beredar dan mengaku, pernyataan referendum yang dia sampaikan beberapa waktu lalu dalam acara haul meninggalnya Hasan Tiro adalah pernyataan spontan.

Menanggapi hal itu, salah satu tokoh Aceh dari SIRA yang pernah mencetuskan 'Referendum' secara terbuka saat Aceh konflik, Muhammad Nazar mengaku saat itu pernah ditelpone dan dilarang dari pimpinan GAM di Swedia. 

Berikut postingan Muhammad Nazar, yang pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Aceh di halaman facebooknya, Senin (17/06/2019):
Konflik yang terjadi di Aceh sejak cumbok, DI TII dan seterusnya tidak terlepas dari skenario orang lain. Aceh cuma ikut gendang orang. Hasilnya tidak sesuai antara pengorbanan nyawa, darah dan penderitaan yang dialami.

Dulu SIRA menggerakkan perjuangan hingga terlaksana referendum penentuan nasib sendiri di Aceh. Bahkan hingga awal-awal masa penandatangan MoU Helsinki SIRA masih berusaha memperjuangkannya sekali lagi secara terbuka. Tapi dilarang oleh pimpinan GAM.

"Saya sebagai pimpinan SIRA, waktu itu ditelepon oleh pimpinan GAM dari Swedia. Saya dinasehati berkali-kali agar tidak menggerakkan lagi isu referendum karena kita sukseskan dulu MoU Helsinki,"

Atas permintaan itu pengurus inti organisasi perjuangan sipil SIRA berhenti mengkampanyekan referendum secara terbuka. "Tapi kata referendumnya sudah melekat kuat di pikiran dan hati rakyat".[Red] 
Komentar

Tampilkan

Terkini