-->








Aktivis HAM: Aceh Timur Jangan Dibikin Kolot dengan Nutup-Nutupi Pantai

29 Juli, 2019, 02.21 WIB Last Updated 2019-07-28T19:21:32Z
ACEH TIMUR - Aktivis HAM, Ronny Hariyanto sangat menyayangkan aksi penutupan pantai secara sepihak yang dilakukan para santri di Pantai Leugeu, Kecamatan Peureulak, Kabupaten Aceh Timur, Minggu (28/07/2019).

"Aceh Timur jangan dibikin kolot, apakah dengan menutup pantai lalu maksiat hilang? Di daerah lain pantai dibuka dan bisa dijaga, buktinya aman-aman saja tuh," kata Ronny.

Ronny juga menyampaikan, ia sangat merasa heran atas terjadinya aksi sepihak seperti itu, seolah menandakan lemahnya hukum dan tidak hadirnya negara pada perkara urusan publik yang riskan tersebut.

"Aneh, koq itu bisa terjadi. Seolah-olah bukan negara hukum, harusnya kan negara hadir dan pihak keamanan bisa dikerahkan bila aktivitas di pantai itu dianggap sebagai masalah," ungkapnya. 

"Tidak perlu main mobilisasi massa seperti itu. Nanti kalau kenapa-kenapa, misalkan ada benturan gimana? Dan bagaimana jika masyarakat mencontoh aksi mobilisasi massa untuk memaksakan kehendaknya pada urusan lain, bisa kacau negeri ini," cetus putera Idi Rayeuk tersebut.

Ronny sangat sependapat jika sebagai daerah syariat islam, pengunjung pantai diberi batasan dan pengawasan ketat termasuk pemisahan aktivitas laki-laki dan perempuannya di pantai.

"Benar itu, kita sepakat dengan penilaian para santri tersebut, jangan sampai non muhrim mandi-mandi di pantai bersama. Itu kan sudah maksiat dan jelas tidak benar, contohnya seperti yang diisukan di sebuah pantai sebelumnya," ujar Ronny. 

"Kita sepakat dipisahkan, tapi jangan pantai yang ditutup tak boleh dikunjungi, itu kan keliru. Karena disana ada potensi untuk mendongkrak perekonomian masyarakatnya setempat," imbuh pria berdarah Aceh - Minang tersebut.

Menurut Ronny, masyarakat yang mengunjungi pantai hanyalah untuk menikmati alam dan bersantai bersama keluarga. Kalaulah mau berbuat maksiat dimanapun bisa, jadi mengapa harus menutupnya? Apakah ada kepentingan lain dibalik peristiwa tadi?

"Belum ada sejarahnya di dunia ini manusia dikutuk dan bencana diturunkan hanya gara-gara orang pergi ke pantai, tapi bencana turun karena kedurhakaan manusia kepada Allah, maksiat dan kemungkaran yang lazimnya terjadi di tengah hunian masyarakat serta di balik meja pejabat," ketus aktivis HAM itu.

Ronny sangat menyayangkan minimnya komunikasi antar pihak berkompeten terkait dunia pariwisata Aceh Timur yang menurutnya semakin tidak jelas.

"Dalam hal ini seharusnya negara hadir, misalkan Dinas Pariwisata. Buatlah pendekatan, bangun komunikasi, kan bisa dimusyawarahkan. Kenapa seolah pada hilang akal, bengong dan planga-plongo saat pantai ditutup begitu," ketusnya.

Ronny berharap, santri selaku garda terdepan penjaga syariat islam beserta pihak pesantren dan terutama alim ulama untuk bersedia memberi kesempatan dan ruang dialog bagi publik berkaitan hal ini maupun lainnya, agar tercapai kesepahaman dan masyarakat mendapatkan pemahaman yang humanis.

"Walaupun komentar ini tidak disukai, saya sebagai warga biasa yang sangat menghormati ulama dan warga pesantren memohon pihak pesantren membuka ruang dialog antar pihak, agar bisa mencapai kesepahaman, islam kan sangat identik dengan musyawarah, kita berharap masyarakat diberi ruang untuk berkembang pikirannya" pinta Ronny.

Selanjutnya Ronny mengingatkan, bila aksi sepihak dan gaya pendekatan konservatif tersebut terus dibudayakan, maka Aceh Timur bakal semakin tertinggal dan terbelakang.

"Negeri orang semakin maju dengan peradaban rasionalnya yang terbuka dan semakin canggih, kita malah mundur ke belakang jadi tambah kolot nutup-nutupin pantai, cara-cara seperti ini bukan tidak berimbas pada pola pikir publik dalam berbagai aspek yang juga akan mempengaruhi kemajuan daerah," cetus tokoh muda pers Aceh tersebut.

Ronny juga meminta Bupati Aceh Timur, Hasballah M Thaib (Rocky) mencetuskan upaya baru guna membangkitkan dunia pariwisata islami Aceh Timur.

"Bang Rocky kan ahlinya membangun, membangun Aceh Timur saja beliau jago, apalagi dunia pariwisatanya, sudah pasti bisa, tentunya dengan seizin para ulama kita," pungkas Ronny.[*] 
Komentar

Tampilkan

Terkini