-->




Benteng Tugu Kutarih Bukti Perlawanan Masyarakat Alas Terhadap Belanda

19 Agustus, 2019, 21.22 WIB Last Updated 2019-08-19T14:22:48Z
ACEH TENGGARA - Benteng Tugu Kutarih yang terletak di Desa Kutarih, Kecamatan Babussalam Kabupaten Aceh Tenggara merupakan monumen sejarah untuk mengenang tragedi para pejuang dalam melawan penjajah Belanda pada 14 Juni 1904 silam. Pertempuran yang memakan ribuan korban jiwa dari pejuang Tanoe Alas saat memukul mundur Belanda menjadi bukti sejarah dalam memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia dari daerah tersebut. 

"Pada tahun 1904 terjadi tragedi besar di Benteng Tugu Kutarih ini. Jumlah para pejuang yang sahid dibunuh oleh pasukan Gotfrie Coenraad Ernst van Daalen adalah 1.773 laki-laki dan 1.149 wanita," kata Gunawan yang merupakan salah seorang panitia perayaan HUT RI ke-74 saat ditemui awak media di Bale Buene, Senin (19/08/2019). 

"Namun menurut Kempes dan Zentgraaff, saat perlawanan mengusir penjajahan Belanda korban dari para pejuang mencapai 4.000 jiwa," tambahnya. 

Tragedi ini adalah genosida pertama yang dilakukan Belanda di Indonesia. Peristiwa itu juga merupakan bentuk perlawanan Masyarakat Alas terhadap penjajahan Belanda dalam merebut kemerdekaan Republik Indonesia. 

"Karena itu, sebagai generasi penerus bangsa melalui doa bersama ini kita tunaikan amanah para pejuang untuk menjaga persatuan dan kesatuan rakyat Kokohkan Pilar bangsa Indonesia dan suatu kewajiban bagi kami untuk selalu menjaga serta merawat peninggalan sejarah perjuangan," tegas Gunawan. 

Dia juga mengatakan, untuk mengungkap rasa syukur atas hasil perjuangan para leluhur dalam merebut kemerdekaan ini, sudah seyogyanya kita memelihara persatuan dan kesatuan bangsa. Tanamkan serta Wujudkan nasionalisme pada diri seperti amanah para pejuang yang mengorbankan jiwa raga demi mengusir para penjajah di Bumi Pertiwi ini. 

"Dengan adanya berbagai kegiatan dalam perayaan HUT RI ke-74 ini kiranya dapat mewarisi jiwa patriotisme yang dimiliki para pejuang, sehingga tidak muda dipecah bela dan mampu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia," ujarnya.

Hal senada juga disampaikan T. Dedy Faisal, ST, Ketua Komisi D DPRK Aceh Tenggara dari Partai Aceh. Menurutnya, Benteng Tugu Kutarih adalah peninggalan sejarah yang harus terus dilestarikan. Karena banyak sejarah perjuangan yang tertanam dan belum mampu kita buka di mata dunia. 

"Selaku anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan mewakili seluruh masyarakat Aceh Tenggara mengucapkan selamat merayakan HUT RI ke-74, semoga kita semua selaku generasi penerus dapat membawa bangsa ini kearah yang lebih maju serta mampu meneruskan amanah para pejuang," ungkapnya. 

Terpisah, Sekretaris Daerah (Sekda) Aceh Tenggara, Muhammad Ridwan, SE, Msi saat ditemui awak media di ruang kerjanya menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah akan membuka kembali sejarah masa silam Benteng Tugu Kutarih.

"Kita harus membuka kembali sejarah silam untuk mengetahui latar belakang Benteng Tugu Kutarih secara pasti, sehingga dapat menjadi agenda tahunan yang dapat diperingati setiap tahunnya," tuturnya.

"Untuk mengumpulkan data-data dan bukti perlawanan masyarakat Alas terhadap Belanda, kita akan melakukan penelusuran ke Negeri Kincir Angin tersebut," imbuhnya. 

Dia juga menyampaikan harapannya dalam mengangkat kembali sejarah perlawanan masyarakat Alas terhadap penjajahan Belanda, Dinas Pariwisata Provinsi Aceh dapat memberikan perhatian khusus. 

"Kami sangat berharap kepada Dinas Pariwisata Provinsi Aceh agar memberikan perhatian khusus terhadap keberadaan Tugu Benteng Kutarih sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan," tandas Sekda Aceh Tenggara.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini