-->








Haul Teungku Chik Bitai, Bendera Alam Peudeng Berkibar

28 Agustus, 2019, 20.35 WIB Last Updated 2019-08-28T13:35:02Z
BANDA ACEH - Bendera kebesaran Kerajaan Aceh Darussalam, Alam Peudeung yang merupakan simbol pemersatu rakyat, kembali berkibar saat perayaan Hari Ulang Tahun (Haul) 494 Teungku Chik Dibitai. Yang berlangsung di kompleks makam Desa Bitai, Kecamatan Jaya Baru, Kota Banda Aceh, Rabu (28/08/2019).

Teungku Chik Dibitai bernama lengkap Selahuddin, merupakan seorang Jenderal Perang dari Kerjaan Turki Ustmani. Ia dikirim ke Aceh sekira tahun 1500 masehi, untuk melatih ilmu pedang dan perang.

Demikian penjelasan singkat Teungku Chik Dibitai yang disampaikan oleh Ketua Panitia Muhammad Alfarisi dalam mengawali sambutannya.

Menurut Alfarisi, peringatan Haul bermaksud untuk memberi pemahaman kepada masyarakat. Bahwa hubungan harmonis Aceh dan Turki telah berlangsung ratusan tahun.

Ia juga menjelaskan terkait berkibarnya bendera Alam Peudeung di lokasi makam Teungku Chik Dibitai. Bahwa bendera dimaksud merupakan simbol pemersatu dan acap digunakan oleh Kerajaan Aceh di masa lampau.

"Hubungan diplomatik Aceh dan Turki terjalin sejak masa Sultan Alaidin Riyatsyah. Iskandar Muda juga alumi Turki. Simbol perekat rakyat Aceh di masa itu adalah Bendera Alam Peudeung. Sehingga bendera ini relevan sepanjang zaman," katanya.

Hal senada juga diutarakan Ketua Ikatan Mahasiswa Aceh Turki (IKMAT), Muhammad Haikal. Katanya, Alam Peudeung sudah sepatutnya dijadikan Nendera Aceh. Sebagaimana diatur dalam UUPA, buah perundingan damai di Helsinky.

Selain itu, dia menyebut persaudaraan Aceh dan Turki terus berlangsung dan perlu dilestarikan. Haul ini menunjukkan betapa orang Aceh menghargai jasa jenderal perang Turki di masa itu.

Pelaksaan Haul sendiri diawali dengan samadiah dan doa secara bersama-sama. Kemudian, shalawat badar berkumandang dan dilanjutkan beberapa sambutan serta puncaknya yakni tausiah dari Ustadz Amir Hamzah.

Tampak hadir sejumlah pejabat teras Aceh, Pemkot Banda Aceh dan sejumlah pimpinan Ormas maupun tokoh masyarakat, agama dan cendikiawan.[DA]
Komentar

Tampilkan

Terkini