-->








Massa Gabungan Ormas Islam dan Mahasiswa Aceh 'Aksi Bela Ulama' Ustadz Abdul Somad

23 Agustus, 2019, 20.46 WIB Last Updated 2019-08-23T13:46:49Z
BANDA ACEH - Massa Ormas Islam dan mahasiswa Banda Aceh menggelar Aksi Gerakan Ummat Bela Ulama. Aksi Bela Ulama ini ditujukan untuk Ustadz Abdul Somad yang dilaporkan berbagai pihak atas dugaan penistaan 'Salib'. 

Ratusan massa terkonsentrasi di jalanan depan Kantor Gubernur Aceh, Jln. T. Nyak Arief, Desa Jeulingke, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh, yang dipimpin Sumardi selaku koordinator lapangan.

Pantauan di lokasi, beberapa massa tampak membawa bendera Tauhid berwarna hitam, Bendera FOSMA Universitas Syiah Kuala, Bendera Universitas Syiah Kuala, Bendera Kabinet Juang BEM Unsyiah 2019, Bendera Forum Silaturahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) Aceh, Bendera Macan LPI Lhoksukon dan Bendera Al-Jami'yatul Washaliyah Aceh.

Masing-masing perwakilan ormas juga menyampaikan orasinya secara bergantian. Salah satu orator, Riki Hardiansyah dari LDK Unsyiah, mengatakan hari ini kita sedang berada di Kantor Gubernur Aceh. Kita tahu bahwa ulama kita sedang dipojokkan, maka kita tidak akan tinggal diam.

"Apa yang dilakukan oleh UAS itu tidak salah. Kami meminta kepada Plt. Gubernur Aceh untuk bisa mengambil sikap bahwa UAS tidak salah," ujar dia dalam orasinya.

Selanjutnya Muklisin mewakili mahasiswa UIN Ar-Raniry, menyatakan kami mahasiswa menjadi garda terdepan dalam membela ulama dan agama. UAS sebagai pendakwah yang dikriminalisasi oleh kelompok kecil.

"Sedangkan kita merupakan kelompok yang besar, jadi kita harus berani mengambil sikap," tegasnya.

Kemudian Orator dari Pemuda Relawan Anti Narkoba Aceh, mengucapkan terima kasih kepada seluruh mahasiswa dan mujahidin dari Aceh, sehingga kita hari ini telah memenuhi Kantor Gubernur Aceh.

"Kami disini cuma ingin meminta dan berharap kepada Pemerintah Aceh bahwa minggu yang lalu kami mendengar guru kita UAS dilaporkan oleh pihak tertentu. Sampai saat ini kami belum melihat reaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Aceh terhadap aksi tersebut," ungkap Beni.

Dikatakannya, karena guru kami bukanlah seorang yang menista agama. Karena apa yang disampaikan itu adalah benar buat agama kami.

"Kami berharap agar Pemerintah Aceh segera ikut menindaklanjuti hal ini untuk tidak melakukan pelaporan terhadap UAS," ujar Beni.

Menegaskan aksi hari ini, Reza Jaswan yang merupakan Mahasiswa Ashwaliyah Aceh, berorasi bahwa yang terjadi saat ini, kita merasakan kegelisahan saat ulama kita dicaci maki. Kita perlu persatuan baik mahasiswa maupun santri dari pesantren.

"Saya ikut sedih, karena berjuang untuk membela ustad kita. Saya berdiri disini di depan Kantor Gubernur Aceh untuk meminta tolong kepada pemimpin, apakah kalian tidak sedih? Tidak gelisah?" tanya Reza.

Kalau begini, lanjut dia, kita tidak akan merdeka. Kalian juga harus ketahui bahwa yang sangat mencintai dan melindungi negara dan agama ini adalah guru kita UAS. Toleransi boleh dijaga tapi yang namanya guru kami jangan pernah dicaci maki. Bila kalian sakiti guru kami, maka kami akan bangkit semua. 

"Jangan hanya duduk manis, cuma bisa mengkritik dengan hanya melihat semuanya dari media, karena semuanya itu tidak akan berubah. Jangan tinggal diam, oleh karena itu maka kita harus bersatu," sindir Reza.

Ketua FPI Kota Banda Aceh, Tgk. Zainuddin Ubit juga turut menyampaikan orasinya. Menurutnya, tujuan massa datang kemari yaitu untuk menuntut dan meminta keadilan, karena negeri kita sudah tidak adil lagi. Keadilan di negeri ini sudah hilang, sirna dan porak-poranda. Jika ada perlu sama UAS, UAS selalu diundang untuk berdakwah, tapi ketika ada masalah begini siapa yang membelanya?Mendukungnya? Pemerintah Aceh pun diam. Bila perlu saja baru menghubungi, sampai merasa bangga karena telah mengundang UAS, tapi ketika begini semuanya diam. 

"Apakah Bapak-bapak kita marah dengan syariat Islam? Waktu ulama ada permasalahan semuanya diam. Bila Islam yang mengalami masalah cepat ditindaklanjuti, tapi kalau yang lain bermasalah semua diam membisu. Sudah tidak ada keadilan di negeri ini," ujarnya.

"Kita semua di bawah payung NKRI, kita ke sini ingin menjumpai Plt. Gubernur Aceh tapi beliau selalu tidak ada di tempat. Apa mungkin bersembunyi? Jika begini kedepan, jangan lagi kita pilih beliau. Haram kita pilih beliau, Plt. Gubernur hanya sibuk dengan jabatannya saja," tandas Tgk. Zainuddin Ubit.

Senada dengan Ketua FPI Kota Banda Aceh, Tgk. Marbawi Yusuf selaku Ketua Umum Rabithah Thaliban Aceh, menjelaskan kehadiran massa yang hadir disini karena negara, karena agama. Santri Aceh hadir hari ini karena negara, karena agama dan karena ulama. Ketahuilah negara ini merdeka karena turunnya ulama, karena jasa santri. Kenapa ulama hari ini ditindas? Semua mulut membisu, santri Aceh itu jumlahnya jutaan dan kami siap semuanya untuk turun ke sini. 

"Saya hadir disini, hadir demi ulama dan demi negara. Ulama kita yang hari ini dimanfaatkan oleh segelintir preman-preman yang punya kepentingan. Tolong sampaikan ke Jakarta karena ulama itu berjasa kepada Republik Indonesia. Kami tidak ada kepentingan apa-apa. Kepada Pemerintah Eksekutif dan Legislatif, kami disini rela meninggalkan aktifitas kami demi membela ulama dan negara," jelasnya.

"Santri kami berjumlah jutaan, bila perlu kami datang ke sini dengan jumlah jutaan. Sampaikan ke pusat bahwa kami akan berjuang demi negara dan ulama. Santri Aceh adalah garda terdepan untuk memperjuangkan ulama dan agama," sebut Tgk. Marbawi Yusuf.

Mewakili Ikatan Alumni Timur Tengah Aceh, Ustad Umar Rafsanjani menyampaikan bahwa hari ini ketika UAS dalam keadaan musibah, dilecehkan, dihina sangat kami sayangkan. 

"Dimana kalian Pemerintah Aceh? Kenapa tidak ada rasa simpati kalian Pemerintah Aceh. Bila kalian tidak mengambil sikap terhadap UAS, maka kalian yang akan kami IKAT," ancamnya.

Sementara Tgk. H. TU Bulqaini Tanjungan, Pimpinan Dayah Markaz Al-Ishlah Al-Aziziyah, mengungkapkan, kami berkumpul tak lain karena satu hal, atas permasalahan yang sedang menimpa ulama pemersatu bangsa ini. Ulama kita sangat besar perhatiannya terhadap bangsa ini.

"Hari ini ada orang yang kurang senang yang telah mengadukan ulama kita ke Polisi. Kami khawatir ada hal yang tidak sehat yang membawa negara ini hancur. Hari ini sasarannya UAS, bisa jadi kedepan sasarannya kepada Pendeta Kristen dan bisa lagi kedepannya Hindu, Budha dan lain-lain. Sehingga di Republik Indonesia ini tidak lagi boleh berbicara tentang agama, karena menyinggung perasaan orang," bebernya.

Masih kata TU Bulqaini, ini yang kami khawatirkan dan ini tidak boleh terjadi. Kita tidak boleh diam, karena masa depan negeri ini ada ditangan adik-adik yang masih muda, maka kita harus bergerak.

"Kami meminta kepada Pemerintah Aceh untuk menyampaikan aspirasi kami ini ke Jakarta, agar persoalan ini jangan berlarut-larut. Bila negara tidak hadir menyelesaikan permasalahan ini nanti rakyat yang akan menyelesaikannya dengan cara rakyat atau masyarakat. Kita tetap mencintai ulama, cuma yang kita harapkan kepada Pemerintah Aceh kami merasa tidak nyaman dengan adanya pengaduan terhadap UAS. Bila UAS terganggu maka kami juga terganggu. Mudah-mudahan persoalan ini cepat diselesaikan oleh Pemerintah Aceh dan agar UAS bebas dari tuduhan," tutup TU Bulqaini.
Dalam kesempatan tersebut, mewakili Pemerintah Aceh, Kabag Humas Setda Aceh Saifullah mengucapkan terima kasih karena telah menyampaikan aspirasinya kepada Pemerintah Aceh terkait kasus kejadian yang sedang menimpa Ustad Abdul Somad. 

"Kami dari Pemerintah Aceh akan terus memantau perkembangan kasus Ustadz Abdul Somad, karena kasus Ustadz Abdul Somad tidak jauh dari aspek sosiologis. Aspirasi yang telah disampaikan kepada Pemerintah Aceh tadi pasti sudah dicatat oleh para media yang ada di sini dan pasti akan dimuat di media secara online, maka dimungkinkan akan sampai ke Kapolri dan disini juga ada pihak dari Kepolisian yang pastinya akan melaporkan kegiatan hari ini ke atasannya untuk dilaporkan ke Kapolri," katanya menanggapi aspirasi ummat.

Aspirasi yang disampaikan tadi, kata dia, juga akan kami catat dan akan kami sampaikan ke Bapak Plt. Gubernur Aceh dan kami Pemerintah Aceh akan duduk bersama dengan MPU dan dayah-dayah yang ada di Aceh untuk mendiskusikan langkah apa yang akan diambil tanpa melupakan aspek sosial dan hukum yang berlaku.

"Bapak Plt. Gubernur Aceh saat ini tidak bisa hadir di sini dan beliau hanya dapat mengirimkan salam dikarenakan bapak Plt. Gubernur Aceh sedang ada kegiatan. Secara teknis seluruh aspirasi tadi pasti akan kami sampaikan ke Bapak Plt. Gubernur Aceh," demikian terang Saifullah.[DA/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini