-->








Cara Menggembosi dan Menunggangi Gerakan Mahasiswa

25 September, 2019, 15.28 WIB Last Updated 2019-09-25T08:28:31Z
IST
DEPOK - Ada upaya menggembosi dan menunggangi gerakan mahasiswa lewat media sosial. Pengamat media sosial dari Komunikonten, Institut Media Sosial dan Diplomasi, Hariqo Wibawa Satria mengatakan setidaknya ada empat upaya penggembosan gerakan mahasiswa.

Pertama, kata Hariqo, adalah dengan menuduh gerakan mahasiswa disusupi, ditunggangi kelompok tertentu. Kedua, mendemoralisasi, mengecilkan gerakan mahasiswa, misalnya membuat konten dengan tagar #SarkemMemanggil untuk merecehkan tagar #GejayanMemanggil. Ketiga, menyebarkan konten untuk membenturkan gerakan mahasiswa dengan TNI/POLRI.

"Jadi ada yang menggembosi dan ada yang menunggangi gerakan mahasiswa, dua hal ini dilakukan oleh kelompok yang berbeda," kata Hariqo di Depok, Rabu (25/09/2019).

Hariqo menjelaskan, upaya penggembosan gerakan mahasiswa dilakukan beberapa pendukung Jokowi di grup-grup percakapan online dan media sosial. Dan lewat saluran yang sama, beberapa akun oposisi juga berupaya menunggangi aksi gerakan mahasiswa dengan tagar #TurunkanJokowi, kemudian direspon oleh pendukung Jokowi dengan tagar #SayaBersamaJokowi

"Sepertinya beberapa akun dari kedua kelompok ini lebih fokus pada sosok Jokowi, namun kurang memperhatikan substansi-substansi yang diteriakkan gerakan mahasiswa, seperti tuntutan kepada pemerintah untuk mengubah kebijakan-kebijakan yang merugikan demokrasi, pemberantasan korupsi, kebebasan sipil, penyelamatan negara dari oligarki dan kepentingan nasional lainnya," jelas Hariqo.

Hariqo yang juga penulis buku Seni Mengelola Tim Media Sosial #SMTMedsos ini lebih lanjut memaparkan bahwa ia menemukan beberapa akun pendukung Jokowi yang justru mendukung gerakan mahasiswa dengan tagar #ReformasiDikorupsi

Lebih lanjut Hariqo menjelaskan, gerakan mahasiswa yang konsisten setidaknya memberikan tiga manfaat besar untuk jangka panjang. Pertama, bisa menjadikan orang baik/benar di lingkaran kekuasaan, yang awalnya takut menjadi berani. Kedua, menjadikan masyarakat, para orangtua yang awalnya pesimis menjadi optimis, karena ternyata generasi penerus Indonesia adalah manusia merdeka. Kemudian yang ketiga, gerakan mahasiswa yang konsisten akan menutupi kekhawatiran kita terhadap kualitas pengawasan anggota DPR/DPRD/DPD terpilih hasil Pemilu 2019.

Selain itu Hariqo juga melihat, bahwa berbagai demonstrasi hangat belakangan ini telah melelehkan tembok antara pendukung Jokowi dan Prabowo, merubuhkan sekat-sekat antar golongan. Mereka melebur menjadi pendukung kepentingan nasional. 

"Mahasiswa, dosen dan jiwa muda menolak hidup dalam kotak-kotak kepentingan elit dan oligarki itu. Karenanya semua yang merugikan kepentingan rakyat mereka kaji, kritik, kepret dan kempeskan," tutupnya.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini