-->




Aceh Utara Sepi Berturut-turut Selama 2 Periode

14 Desember, 2019, 13.04 WIB Last Updated 2019-12-14T06:04:30Z
ACEH UTARA adalah Kabupaten yang berpopulasi besar di Aceh dan memiliki sumber daya alam yang melimpah serta banyak perusahaan-perusahan besar, namun tidak memberikan kontribusi kepada daerah. Masih ada beberapa hal yang belum tuntas dibenahi oleh Pemerintah Aceh Utara. Diantaranya, masih minimnya penuntasan tentang pengangguran di Aceh Utara. Dan ketransparan dalam beasiswa mulai dari SD, SMP, SMA sampai Perguruan Tinggi. Serta memperkuat ekonomi di kalangan rakyat yang di bawah garis kemiskinan.

Bapak Muhammad Thaib atau yang lebih dikenal dengan panggilan Cek Mad sudah menjabat sebagai Bupati Aceh Utara selama dua periode berturut-turut, 2012-2017 dan 2017-sekarang. Apa yang ada dibenak beliau sehingga hal-hal dasar belum tertuntaskan, sedangkan Cek Mad sendiri sudah 2 periode berturut-turut menjabat sebagai Bupati Kabupaten Aceh Utara.

Kini waktu sudah tiba, saatnya bangun dari tidur nyenyak. Dua periode tidak ada dampak perubahan apa-apa di Kabupaten Aceh Utara ini, cukup dengan peresmian acara ini dan peresmian gedung itu. Apakah tidak ada rasa tersaingi sama kabupaten sebelah? 

Dua periode itu bukan waktu yang singkat. Apa yang dipikirkan oleh Pemerintah dan Bupati Aceh Utara, seolah-olah bisa tenang begitu saja, ibarat seekor lalat yang hanya mencari tempat kotor.
Dan ketika Pilkada 2017 kenapa Muhammad Thaib terpilih kembali, yang dimana ketika periode 2012-2017 tidak juga ada kemajuan. Seharusnya jika sudah terpilih kembali jadi Bupati Aceh Utara maka, beliau harus berpikir terlebih dahulu, karena masyarakat mempercayainya kembali jadi Bupati Aceh Utara. 

Contoh permasalahan paling dasar di Aceh Utara adalah jalan, hampir setiap kecamatan di Kabupaten Aceh Utara memiliki persoalan jalan berlubang dan berdebu. Persoalan infrastruktur yang satu ini tampaknya harus menjadi skala prioritas pemerintah Kabupaten setempat di setiap tahun. Dengan lokasi tepatnya di Kecamatan Langkahan dan lintas Simpang Ceubrek. 

Bukankah itu alternatif kelancaran perekonomian antar daerah dan provinsi? Kita juga mengetahuinya bahwasanya kegiatan ekonomi Kabupaten Aceh Utara di dominasi oleh dua sektor yaitu sektor pertambangan dan penggalian. Maka, jalan merupakan salah satu sektor untuk memacu pertumbuhan ekonomi yang pada dasarnya merupakan sektor utama yang menghubungkan berbagai macam aktivitas ekonomi, bahkan sosial dan budaya. 

Yang jadi leluconnya di Pemerintah dan Bupati Aceh Utara adalah selalu setiap ada desakan-desakan dari masyarakat atau mahasiswa selalu beralasan dengan devisit anggaran. Itulah yang bertahun-tahun jadi alasan tiap ada desakan. Banyak mendengar dari kalangan-kalangan masyarakat setempat, bahwa mereka sudah pasrah untuk kedepannya siapa yang akan memimpin Aceh Utara, karena sudah jenuh akan janji-janji kosong, ibarat air susu di balas dengan air tuba. 

Dan tidak mudah bangun kepercayaan yang sempat terbenam karena pernah dikecewakan. Harapan adalah akar dari semua rasa sakit hati. Semoga kedepan segala harapan terwujud, kesempatan datang menyapa dan keberhasilan akan datang.
Mengkritik merupakan kewajiban dan hak bagi setiap warga negara untuk memberikan kritik kepada rezim berkuasa apabila ada hal-hal yang memang layak dikritik. 

Kritik merupakan koreksi yang sangat bermanfaat bagi pemerintah untuk menguji kebijakanya apakah diterima publik atau ditolak. Serta, kritik penting bagi pemerintah untuk mengetahui sejauh mana kebijakannya sudah tepat atau apakah perlu perbaikan. Dalam Islam sendiri boleh mengkritik pemerintah yang dimana dalam Al-Qur'an surat An-Nisaa ayat 58 sudah menjelaskan bahwa, "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha mendengar lagi Maha melihat." 

"Katamu ini adalah sebuah kesalahan. Tapi, sebenarnya yang paling kejam adalah seperti kesalahan ini milikku, karena mempercayaimu."

Penulis: Chaidir Ali (Mahasiswa Ilmu Politik UIN Ar-Raniry)
Komentar

Tampilkan

Terkini