-->








Konfilk Buaya Versus Warga Aceh Singkil Belum Ada Solusi

19 Desember, 2019, 09.23 WIB Last Updated 2019-12-19T02:23:44Z
SEEKOR buaya liar dengan panjang 2,5 meter muncul bagaikan tamu yang tak di undang sempat meresahkan masyarakat di Desa Ketapang Indah, Kecamatan Singkil Utara, Kabupaten Aceh singkil. Konflik manusia dengan buaya ini tak pernah berkesudahan di Kabupaten Aceh Singkil, sungai-sungai di Aceh Singkil bagaikan habitat bagi hewan buas ini. 

Buaya ini selalu membuat warga resah karena belakangan ini banyak yang mengeluh kehilangan hewan peliharaannya, baik ayam maupun bebek. Buaya tersebut selalu menunggu unggas peliharaan itu di sungai, akan tetapi ketika tak sabar lagi menunggu, buaya itu pun memutuskan naik ke darat untuk mencari mangsa/makanan. Sasaran utama buaya ini adalah ayam dan bebek yang dipelihara di belakang rumah warga, tak jauh dari lokasi sungai tempat buaya. Buaya datang ke dekat rumah bukan hanya malam hari, pada siang bolong pun sering dilihat anak-anak setempat yang sedang bermain, naik ke darat. 

Resah dengan ulah buaya, warga kemudian memancingnya menggunakan teknik. Lantas bagaimana teknik memancing buaya ala warga Ketapang Indah? Nah begini tekniknya. Mereka memancing menggunakan ayam putih. Ayam itu dikaitkan di mata pancing berukuran besar yang diikat dengan kawat, lalu warga meletakkannya di sungai belakang rumah. Usaha warga tersebut membuahkan hasil, seekor buaya yang berukuran 2,5 meter tersebut berhasil ditangkap. Bagaikan hewan peliharaan buaya ini pun diikat oleh warga di pohon kelapa dekat sungai tersebut.

Anak-anak setempat menjadikan buaya yang diikat sebagai tontonan. Bukan hanya menonton para bocah ini pun bebas memegang, berdiri, duduk di punggug buaya bahkan membuka mulut buaya dan mengambil ayam yang masih berada di mulut buaya itu. Terlihat di wajah mereka tak sedikit pun rasa takut dan cemas. Karena menurut pernyataan dari anak-anak tersebut mereka "Tidak Takut" karena sudah sering melihat buaya besar di belakang rumah.

Konflik manusia dengan buaya di Kabupaten Aceh Singkil tak pernah berkesudahan. Korban nyawa pun berjatuhan, saling buru memburu pun tak terelakkan. Hukum rimba berlaku, yang kuat lah yang bertahan. Berdasarkan catatan sudah lebih empat nyawa melayang dimangsa buaya. Korbannya nelayan dan pencari kerang sungai (lokan). Tapi sayang sejauh ini belum ada solusi untuk mengatasi konflik manusia versus buaya tersebut.

Penulis: Tika Solin (Mahasiswi Prodi Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Pemerintahan UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
Komentar

Tampilkan

Terkini