-->








Peusaba Puji Langkah Darud Donya Membuat Memorandum Penyelamatan Kawasan Poteu Jeumaloy

03 Januari, 2020, 21.27 WIB Last Updated 2020-01-03T14:27:42Z
BANDA ACEH - Ketua Peusaba Aceh, Mawardi Usman memuji langkah Darud Donya yang membuat memorandum demi menyelamatkan Cagar Budaya Makam Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail atau yang dikenal dengan Taman Poteu Jeumaloy.

Dengan adanya memorandum maka semakin banyak tokoh yang peduli dan mendukung penyelamatan kawasan Situs Poteu Jeumaloy. Peusaba mengharapkan agar Walikota Banda Aceh terbuka hatinya dan segera merespon secara bijak dan serius, apalagi berita memorandum juga sudah diketahui sampai ke mancanegara. 

Padahal menurut Ketua Peusaba Aceh, hal itu sebenarnya tidak perlu terjadi jika Walikota Banda Aceh cepat tanggap dan segera bertindak menyelamatkan kawasan situs cagar budaya Poteu Jeumaloy. Akibatnya memorandum menjadi meluas padahal hanya untuk memindahkan bangunan kedai bakso dan bangunan lainnya di kawasan cagar budaya saja perlu memorandum hingga tersebar beritanya ke mancanegara. 

Namun, kata Peusaba ada sisi positifnya, dengan adanya memorandum jadi terlihat pihak mana yang serius mendukung, mana yang hanya berdiam diri dan mana yang justru ketakutan serta tidak berani mendukung perjuangan menyelamatkan situs sejarah Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail.

Seperti diketahui bahwa situs cagar budaya tempat peristirahatan terakhir keluarga Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail yang dulu areanya cukup luas. Kini hampir musnah dikepung bangunan warga dan parahnya, Makam Sultan lainnya yaitu Ayahanda Sultan Jamalul Alam dan juga Kakek beliau kini telah disemen dibawah lantai dapur kedai bakso dan diatas makam dipakai untuk meletakkan tungku pembakaran untuk memasak bakso.

Padahal Sultan Jamalul Alam adalah Sultan besar Aceh yaitu ulama yang terkenal alim dan sangat berjasa. Apalagi beliau adalah seorang Habib, cucu dari Rasulullah SAW.

Peusaba mengingatkan apa yang terjadi di Uighur, akibatnya sejarah Islam di  Uighur dilenyapkan secara sistematis dan membuat Uighur kemudian terisolasi dari dunia. Demikian juga dengan kejadian Campa, Rohingya dan Andalusia yang dulunya kawasan kerajaan Islam yang lenyap tanpa bekas padahal pada masa lalu negeri-negeri itu diperintah oleh Raja Islam yang besar-besar dan saleh namun kemudian seluruh peninggalan Islam di negeri-negeri besar itu hampir semuanya lenyap tanpa bekas. 

Pada sejarah terdapat banyak pembelajaran. semoga kejadian hal yang sama tidak menimpa Aceh saat kawasan bersejarah tempat peristirahatan Raja-Raja Aceh dibiarkan lenyap tanpa bekas.

Hal yang sangat memalukan yang terjadi di Kota Banda Aceh Gemilang yang notabene memegang syariat Islam.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini