-->








Masyarakat Diimbau Laporkan Penipuan Online di Tengah Covid-19

27 Maret, 2020, 22.54 WIB Last Updated 2020-03-27T15:54:08Z
IST
LINTAS ATJEH | JAKARTA -  Di tengah kesulitan mendapatkan alat kesehatan, angka penipuan di marketplace ternyata mengalami peningkatan. Data marketplace menunjukkan bahwa di bulan-bulan belakangan seiring dengan berkembangnya pandemi Covid-19 dan makin banyaknya masyarakat yang tinggal di rumah, terjadi peningkatan pelaporan penipuan.

Di Tokopedia, ribuan merchant menjual berbagai alat kesehatan dengan harga tak wajar, dengan membuat harga, judul, dan deskripsi, yang mengeksploitasi wabah virus corona SARS-CoV-2 yang menyebabkan penyakit Covid-19. Ribuan merchant Tokopedia yang melanggar itu akhirnya ditutup, setelah ada imbauan dari Kominfo.  

Direktur Jenderal Aplikasi Informatika (Aptika) Kemkominfo Semuel Abrijani Pangerapan, menjelaskan, untuk mengantisipasi kasus-kasus penipuan di marketplace, Kominfo sudah melakukan pertemuan dengan marketplace, dan bersyukur marketplace sudah melakukan tindakan dengan menutup ribuan merchant.  Tindakan itu ternyata sudah dilakukan sebelum Kominfo memanggil marketplace.

Dijelaskan Semuel, sangat tidak elok di tengah kondisi pandemi Covid-19, justru harga harga alat kesehatan melonjak. Tindakan marketplace seperti Bukalapak menutup akun penjual yang menawarkan harga alat kesehatan tidak normal, dinilai positif. Karena hal itu juga dilakukan oleh marketplace di luar negeri seperti Amazon dan lain-lain.

"Tindakan penutupan itu positif dan itu bukan hanya di Indonesia, di Amerika juga dilakukan, dilakukan Amazon memblok penjual. Tidak elok di saat sulit justru bertindak seperti itu," ujar Semuel.

Ia berharap, masyrakat juga lebih hati-hati. Jika memungkinkan, lakukan perbandingan harga, dan juga mencari produk seperti masker di apotik-apotik, atau aplikasi yang spesifik untuk kesehatan.

Adapun untuk kasus-kasus phising, kata Semuel, secara khusus ditangani Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) karena terkait dengan keamanan informasi. Namun Kominfo juga aktif, mengedukasi publik, agar hati-hati. Misal agar tidak mengklik link atau url website yang mencurigakan.

"Masyarakat jangan mudah klik link website yang mencurigakan, seringkali link misal menambahkan satu dua huruf satu dua kata, seperti aslinya, padahal ulr website tidak benar, Kominfo  kami fokus mengedukasi dan mengawasi agar tidak terjadi kasus-kasus seperti itu," ujar Semuel.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Piter Abdullah, mewanti-wanti agar masyarakat lebih hati-hati dalam berbelanja daring, juga benar-benar mencermati setiap prosedur saat berbelanja, agar tidak dirugikan.

Pasalnya, di tengah wabah Covid-19, dimana masyarakat membutuhkan banyak alat kesehatan untuk melindungi diri dan keluarga, muncul pihak yang tidak bertanggung jawab melakukan penipuan memanfaatkan kepanikan.

Modus penipuan beragam, termasuk melalui pengiriman barang bodong dan juga melalui phising.  Phising menjadi salah satu andalan penipu di tengah timbulnya permintaan tinggi dan kepanikan masyarakat untuk mencari alat kesehatan. Diketahui, melalui phising seorang peretas bisa menjebak untuk memberikan data-data penting secara tanpa disadari melalui jaringan internet, yang berujung peretasan.

Jenis phising yang paling populer dan kerap digunakan adalah clone phishing. Pada phising jenis ini, serangan dilakukan dengan melalui surat elektronik yang terlihat resmi dan mengandung attachment di dalamnya.  Attachment ini kemudian digunakan untuk mengambil data dari si korban untuk kemudian dikirimkan lagi ke tempat yang diinginkan oleh si pelaku.

Jenis phising yang belakangan marak terjadi di marketplace Indonesia menggunakan pendekatan social engineering. Menyadari kesulitan masyarakat membeli alat kesehatan, peretas memanipulasi korban untuk meng-click suatu tautan yang dikirim melalui direct message, whatsapp atau sms. Peretas biasanya memberikan alasan bahwa terjadi kesalahan di sistem atau pesanan tercatat berulang. Tautan di luar sistem marketplace itulah yang nantinya akan meminta data-data pribadi atau bahkan lebih parah, data finansial korban.

Piter menjelaskan, untuk mengurangi penipuan di perdagangan online memang tidak mudah. Menghilangkan sama sekali rasanya tidak mungkin. Karena itu, ia mendorong agar marketlpace lebih gencar meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang bagaimana belanja online secara aman. 

"Salah satunya hanya belanja online di marketplace yang sudah teruji dan kredible serta pergunakan sistem yang mereka punya," ujar Piter, kepada media, Jum'at (27/03/2020). Piter menambahkan agar konsumen jangan mau dipancing bertransaksi atau menyerahkan data-data di luar sistem, meskipun bertemu seller di marketplace.

Selain sosialisasi edukasi, tak kalah penting, pemerintah juga menata regulasi tentang perizinan dan pengawasan terhadap mereka yang melakukan penjualan secara online. Mereka yang akan menjual sesuatu secara online hendaknya terdaftar dan diawasi.

Langkah selanjutnya meningkatkan peran lembaga perlindungan konsumen untuk menampung pengaduan korban penipuan perdagangan online.  Market place juga harus bertanggung jawab apabila terjadi penipuan oleh slah satu lapak atau penjual yan ada di marketplace yang mereka kelola.

"Semua praktek tak wajar termasuk menjual diharga diatas harga pasar memanfaatkan situasi seperti wabah corona seharusnya menjadi bagian yang diawasi dan dicegah oleh pengelola marketplace dibawah pengawasan pemerintah," tegas Piter.

VP of Corporate Communications Tokopedia, Nuraini Razak, mengklaim sudah menutup ribuan toko yang mengeksploitasi dampak Covid-19, terutama ketegori kesehatan. Tokopedia juga membuka pengaduan atau laporan dari masyarakat yang nantinya secara berkala akan ditinjau atau review.

CEO Bukalapak, Rachmat Kaimuddin menambahkan bahwa Bukalapak terus melakukan pengawasan dan penindakan atas toko online atau pelapak yang menjual barang dengan harga tidak wajar. Hingga Senin (23/03/2020), ia mengaku telah menindak tegas pelapak yang melakukan praktik penjualan masker dan hand sanitizer di luar harga batas wajar.

"Kami sudah menindak tegas pelapak kami yang mengambil keuntungan yang tidak wajar dalam kondisi ini. Kami akan terus memantau, memonitor situasi ini, dan melanjutkan tindakan yang tegas tersebut jika diperlukan," ucap Rachmat.

Rachmat juga menghimbau agar konsumen terus meningkatkan kewaspadaan, termasuk melaporkan jika mengalami penipuan kepada marketplace dan pihak yang berwenang untuk dapat ditindaklanjuti.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini