-->








Momentum Kongres Partai Demokrat 2020, Waktu Tepat Kembali ke Khittah

10 Maret, 2020, 17.21 WIB Last Updated 2020-03-10T10:21:32Z
Gatot Nurmantyo cium tangan SBY. ©2018 Merdeka.com/Istimewa
LINTAS ATJEH | JAKARTA - Para senior Partai Demokrat gelisah melihat masa depan Partai Demokrat. Mereka terpaksa menggelar rapat. Tidak resmi, dibalut silaturahim, pertemuan para senior itu saling bertukar pikiran mengungkap kegusaran, melihat kondisi terkini partai berlambang bintang Mercy tersebut. Mereka sepakat, jika tak dipikirkan serius, bukan tidak mungkin Demokrat tinggal sejarah.
Kelompok senior sampai urunan untuk bayar makan di restoran tempat rapat. Sesekali, satu orang yang menanggung biaya makan rapat informal tersebut. Masing-masing dari mereka curhat tentang kondisi prihatin Demokrat.
Gaya kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Partai Demokrat menjadi salah satu topik bahasan para senior. Semenjak partai diambil alih SBY, sistem yang berjalan di internal mulai goyah.
Senior Demokrat, Achmad Mubarok mengaku belakangan rutin bertemu dengan kelompok yang resah dengan masa depan partai ini. Terakhir, para senior ini berkumpul Jumat 6 Maret lalu di satu tempat. Sayang, dia menolak membocorkan, siapa saja para senior tersebut.
Selama ini, para senior memilih mundur teratur dari lingkaran kekuasaan partai. Apalagi, SBY kini tampak di kelilingi oleh kelompok yang disebut oleh Mubarok sebagai penjilat. Ditambah, para senior juga tidak sampai hati untuk mengkritik kepemimpinan SBY.
Masalah bertambah pelik, saat Mubarok melihat SBY bukan tipe orang yang pandai mengkritik. SBY disebut lebih memilih merangkul, tidak suka menjadi oposisi dalam bersikap.
"Karena beliau (SBY) seorang presiden (saat itu), beliau sungkan untuk kritis. Nah setelah itu muncul lah kelompok-kelompok kalau istilah politik kelompok penjilat dan selalu muji-muji menghilangkan daya kritisnya," jelas Mubarok saat diwawancari merdeka.com, tengah pekan lalu.
Politikus Demokrat, Andi Arief menolak tuduhan penjilat yang ada di sekeliling SBY. Sementara Ketua Divisi Hukum dan Advokasi Demokrat, Ferdinand Hutahaean menegaskan, tak merasa menjadi penjilat seperti tuduhan Mubarok.
Mubarok pun mengenang masa kepemimpinan Anas Urbaningrum. Saat itu, SBY menjadi ketua dewan pembina partai. Anas terbuka menerima kritikan dan masukan. Begitu juga para kader yang kerap melakukan kritik dari bawah. Organisasi pun dianggap berjalan dengan sebagaimana mestinya.
Lima sampai 10 orang para senior ini kemudian melihat momentum kongres Demokrat 2020 waktu yang pas buat memperbaiki partai. Bukan untuk melawan SBY, tapi untuk mencari alternatif kepemimpinan di partai ke depan. Tujuannya satu, Demokrat kembali ke khittah.
Kelompok senior menyambut baik munculnya nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas) sebagai bakal calon ketua umum partai. Tapi, Mubarok meyakini, akan ada calon lain di luar AHY-Ibas. Itu sedang disiapkan para senior.
"Nanti setelah mendekati itu (kongres) baru muncul yang lain," tegas Mubarok.
Nama mantan Panglima TNI Jenderal (purn) Gatot Nurmantyo juga muncul sebagai salah satu calon alternatif di kongres Demokrat. Gatot didorong menjadi kandidat calon ketua umum Demokrat oleh salah seorang pengurus DPP partai.
Mubarok mengakui isu tersebut. Tapi, Mubarok menolak membocorkan siapa yang memunculkan nama Gatot Nurmantyo sebagai calon ketua umum. Belum ada pembicaraan langsung antara kader dengan Gatot sendiri. Dia hanya bilang, nama Gatot didorong oleh pengurus DPP, kalangan muda.
"Contohnya ada yang nemu nama Pak Gatot. Tapi Pak Gatot kayak apa, kita sendiri belum tahu apakah dia berminat juga kita belum tahu, cuma sudah ada yang memunculkan nama itu," kata Mubarok.
Wakil Ketua Umum Demokrat, Syarief Hasan membantah wacana Gatot disorongkan sebagai kandidat ketum partainya. Dia menegaskan, tidak ada sama sekali wacana itu. "Tidak ada," kata Syarief.
Sayang, hingga berita ini diturunkan, merdeka.com tak berhasil mewawancarai Gatot Nurmantyo. Pesan singkat yang dikirimkan kepada Gatot hanya dibaca saja. Sementara lobi wawancara yang dilakukan kami melalui stafnya juga tak berbalas.
Sementara sumber internal Demokrat membantah ada ketua DPP yang mengusulkan nama Gatot Nurmantyo. Justru, kata sumber ini, yang menghembuskan isu tersebut berasal dari kelompok Mubarok.
"Yang saya tahu justru kelompok yang pernah ajukan KLB dulu yang usung Gatot," kata sumber ini. Dia menolak namanya disebut media, karena ada larangan dari DPP Demokrat untuk bicara kongres sebelum ada pengumuman resmi.
Tapi kabar nama Gatot sudah merebak ke pengurus Demokrat daerah. Betul, ada nama Gatot Nurmantyo sebagai calon ketum Demokrat. Hal ini dibenarkan oleh Demokrat Sumatera Utara (Sumut).
Plt Ketua DPD Partai Demokrat Sumut, Herri Zulkarnain akui kabar itu. Dia senang saja apabila nama Gatot dikaitkan dengan Demokrat. Meskipun Herri menegaskan, dirinya bersama para pengurus Demokrat se-Sumut telah memutuskan untuk mendukung AHY sebagai ketua umum di kongres 2020 nanti.
"Ada, ada mendengar seperti itu. Iya betul. Nama Pak Gatot baru muncul belakangan ini. Kita juga senang kalau nantinya Pak Gatot bergabung dengan Demokrat," jelas Herri saat dihubungi merdeka.com.
Tapi Syarief Hasan menampik kemungkinan Gatot bisa menjadi ketua umum Demokrat. Terlebih, Gatot bukan kader partai. "Dia kan bukan bukan Demokrat," singkat Syarief.
Senior Partai Demokrat Max Sopacua melihat dari sisi berbeda. Dia menilai, sangat mungkin apabila Gatot Nurmantyo maju di kongres sebagai kandidat ketua umum Demokrat.
Max akui, ada aturan dalam AD/ART partai yang mewajibkan ketua umum merupakan kader. Bukan cuma itu, ada batas minimal calon ketum berkiprah di partai sebelum maju di kongres Demokrat.
Tapi aturan tersebut bisa saja direvisi. Hal ini tergantung kesepakatan para peserta kongres nantinya.
"Itu kan bisa diusahakan kayak apa, kalau mereka (Demokrat) mau gitu, karena toh yang tidak bisa diubah (AD/ART) saya pikir cuma ayat suci saja Alquran, Injil dan kitab suci lain, tapi yang lain-lain saya pikir silakan, silakan saja," jelas Max Sopacua.
Perihal waktu kongres, DPP Demokrat belum mau banyak bicara. Orang dekat SBY, Andi Arief pun saat ditanya kongres, enggan bicara banyak. Dia menegaskan, kongres belum ditentukan.
Sementara Ketua Demokrat Sumut, Herri Zulkarnain memprediksi, pagelaran kongres berlangsung dalam kurun waktu satu minggu ke depan. Meski sampai saat ini belum ada pengumuman resmi dari Demokrat.
"Dalam waktu kurang dari 7 hari inilah," singkat Herri.
Sengit AHY dan Ibas
Sumber merdeka.com, membocorkan, saat ini Ibas rajin keliling bertemu pengurus daerah di berbagai provinsi dan kabupaten/kota. Ibas diyakini tengah menggalang dukungan untuk menjadi ketua umum di kongres 2020. AHY bahkan disebut kalah langkah oleh sang adik.
"Ibas sudah kumpulkan tanda tangan dukungan tertulis, kakaknya sepertinya kalah selangkah," kata sumber merdeka.com.
Tapi, Politikus Demokrat, Herzaky Mahendra meluruskan, informasi keliling Ibas untuk menggalang dukungan di kongres tidak benar. Justru, Ibas berkeliling untuk memagari ada calon lain di luar pengurus tiba-tiba maju sebagai calon ketum di kongres.
"EBY mengumpulkan surat dukungan sebagai upaya pengamanan internal agar kursi Ketum tidak jatuh keluar dari pengurus inti Demokrat yang saat ini tengah berjuang menyelamatkan Partai, bukan kepada mantan Pengurus yang sudah lama meninggalkan Partai, pindah partai, atau petualang politik yang bermodalkan money politics," kata Herzaky.
Herzaki pun menegaskan, AHY dan Ibas solid saling dukung. Tidak ada perbedaan antara keduanya. Dia menyebut, sudah ada konsensus antara Ibas, petinggi partai dan para pengurus daerah partai untuk mencalonkan AHY secara aklamasi di kongres.
Ketua Demokrat Sumut, Herri Zulkarnain menegaskan, pihaknya mendukung penuh AHY menggantikan SBY di kongres. AHY dinilai cakap. Bukan hanya karena latar belakang yang lulusan terbaik Akmil, AHY juga lulusan kampus ternama di Amerika Serikat.
"Sumatera Utara mendukung Pak AHY, sudah pasti, karena beliau ini sudah teruji, the next leader Demokrat ini beliaulah yang layak, yang berwibawa, smart," jelas Herri.
Ihwal Ibas memagari dukungan untuk menjaga calon dari luar pengurus partai maju, Herri belum tahu informasi tersebut. "Itu belum ada informasi kita. Belum dapat signal kita," imbuhnya.
Pendiri Demokrat Achmad Mubarok memuji sosok Ibas dan AHY. Keduanya punya keunggulan masing-masing. Meskipun, Mubarok dan para kelompok senior di partai tengah mencari calon alternatif selain dua putra SBY tersebut.
Mubarok menegaskan, tidak memusuhi Ibas dan AHY. Dia tetap membiarkan AHY dan Ibas bertarung secara sehat di kongres. Menurut dia, Ibas didukung para struktural di fraksi, sementara AHY dikonsep oleh para profesional.
"Kebetulan tidak ada potensi memusuhi Ibas dan AHY. Jadi kalau (calon lain) muncul bukan menyaingi tidak, tapi membangun iklim politik dinamis, adanya persaingan sehat," tegas Mubarok.
Arus bawah Demokrat bergeliat. Ada yang protes upaya aklamasi untuk memenangkan AHY di kongres 2020.
Wakil Ketua DPAC Pasar Rebo Jaktim Syupardi Sali menegaskan, isu Edhie Baskoro (Ibas), adik AHY kumpulkan tanda tangan ke DPD/DPC untuk memenangkan kakaknya secara aklamasi itu tidak benar.
"Tentang Ibas mengumpulkan dukungan untuk aklamasi AHY yang disampaikan oleh Herzaky Mahendra, mantan deputi Kogasma dan mantan Caleg nomor urut 2 Dapil Kalbar 1, sangatlah tidak realistis dan tidak menghormati suara tingkat daerah yang juga memiliki pilihan mereka sendiri," kata Supardi.
Supardi meminta agar kader Demokrat jangan memperkeruh keadaan dengan mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang berkesan mengadu domba. Dia menyayangkan juga skenario aklamasi untuk AHY yang dibocorkan Herzaky.
"Tetapi satu sisi ini juga menjelaskan penyusun skenario aklamasi yang merancang terlalu vulgar, tidak cantik, dan justru bisa menimbulkan bibit perpecahan di akar rumput, sesuatu hal yang sangat dihindari Ketua Umum Partai Demokrat Bapak SBY," tambahnya.[Merdeka]
Komentar

Tampilkan

Terkini