-->








Peusaba Aceh: Banyak Pendapat Tentang Penduduk Pertama Aceh

04 Maret, 2020, 08.29 WIB Last Updated 2020-03-04T01:30:12Z
LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman mengatakan peradaban Aceh sudah ribuan tahun. Bahwa dalam sejarah itu ada peradaban kuno Lemuria atau Lamuria yang tenggelam ke laut 11.600 tahun yang lampau. 

Dijelaskannya, Rabu (04/03/2020), kemungkinan kawasan Lemuria adalah kawasan Lamuri sekarang ini, untuk itu perlu penelitian di kawasan lautan Lamuri Krueng Raya. Ada yang menyebutkan bahwa Kaum Lemuria adalah sebagai Melayu yang hilang.  

Kemudian dalam sejarah juga ada Suku Mante atau Mantenia yang datang ke Aceh 5000 (lima ribu) tahun yang lampau. Peradaban kaum Mante terkenal sebagai peradaban emas dan catatan pandai besi mengatakan bahwa kaum inilah yang telah memulai mencari emas di kawasan Tutut dan Geumpang. Kaum Mantenia terkenal sebagai pande emas dan besi. Mengenai kaum Mante kuno ini masih dibahas oleh sejawaran sebagai Kerajaan Mandara yang misterius di Timur Lamuri. 

Kemudian ada peradaban Achemenid atau Achemenia. Sumber sejarah mengatakan kaum Achemenia ini adalah Ras Petarung Tangguh yang berhasil menghentikan agresi Bangsa Asyiria Kuno dan Sumeria kuno. Kedatangan Kaum Achemenia dekat  dengan kedatangan Kaum Mantenia Sekitar 4500 (empat ribu lima ratus) tahun yang lalu. 

Berbeda dengan kaum Mantenia, Kaum Achemenia adalah ras petarung. Dalam sejarah Bangsa Asyiria Kuno dan Babilonia kuno tidak ada yang berhasil menghentikan dua imperium itu kecuali kaum suku petarung tangguh kaum Achemenid atau Achemenia. 

Akhirnya suku Achemenia yang suka mengembara hingga Kaukasus, sebagian mencari emas di Ophir atau Aceh. Dalam cerita kaum Mantenia kemudian mengembara ke dalam hutan-hutan makanya ada tercatat dalam Hikayat Aceh hingga kini. 

Watee geukalon Teutahe gante 
Lagee Mante tren di rimba 
(Ketika melihat terheran-heran
Seperti kaum Mante yang turun dari rimba). 

John Davis dari Inggris ketika datang ke Aceh bertemu Sultan Sayyidil Mukammil (1589-1604 M) yang menceritakan bahwa, dalam pertemuan tersebut, Sultan Sayyidil Mukammil menceritakan kisah masa lalu tentang kedatangan Utusan dari Nabi Sulaiman (975-935 SM) ke Aceh mencari Ophir sang Gunung Emas. 

Kemudian didalam sejarah, Darius Agung (550-486 SM) juga  pernah mengutus utusannya ke Lautan Samudera Hindia menuju kawasan Achem mencari  wangsa Achemenid yang telah datang ke Aceh. 

Peradaban Aceh sejak lama dikenal karena perdagangan  komoditi pertanian seperti lada, cengkeh, kayu manis dll. Malah literatur Arab banyak menceritakan bahwa hubungan dagang Aceh Arab sudah ada ribuan tahun sebelum Masehi, pedagang Arab umumnya menuju Lamuri. 

Hubungan Aceh bertambah Dekat dengan dunia Arab semenjak kedatangan Sayed Ali Al Muktabar ke Peureulak, setelah menikah dengan Putri Meurah Peureulak lahirlah Sayed Abdul Azis yang kemudian tahun 840 Masehi menjadi Raja Pertama Peureulak dari Dinasti Sayed. 

Dinasti Sayed terus memerintah digantikan Dinasti Makhdom. Pada tahun 1270 Masehi Meurah Silue dari Samudera Pasai mendirikan kesultanan Samudera Pasai. Setelah kedatangan Syeikh Ismail utusan Syarief Mekkah maka Meurah Silue bergelar Sultan Malik As Salih (1270-1296 M).  

Pada zaman Sultan Malik Az Zahir, Peureulak dan Samudera Pasai menjadi satu kemudian Kerajaan Samudera Pasai  aktif mengirimkan mubaligh Islam ke seluruh kawasan Asia Tenggara. Sedangkan Kerajaan Lamuri juga aktif mengembangkan perdagangan dan dakwah Islamiyyah. 

Pada tahun 1511 Malaka Jatuh, kemudian Sultan Ali Mughayat Syah Aceh (1511-1530) aktif menentang Portugis, dilanjutkan anak cucu beliau. 

Kejayaan Aceh Zaman Sultan Iskandar Muda (1607-1636 M) berhasil mengepung Portugis Malaka hampir lenyap. Ketika Sultan Iskandar Tsani naik tahta Portugis kalah pada tahun 1641 dan terusir dari Malaka. 

Hubungan Aceh dengan Syarief Mekkah kembali terbina Pada zaman Sultanah Zakiatuddin (1677-1688 M) Syarief Mekkah kembali mengirimkan utusan ke negeri Aceh Darussalam. 

Sehingga ada 3 kali dan 3 kerajaan Aceh yang didatangi utusan Mekkah, yaitu masa Kerajaan Peureulak, Kerajaan Pasai dan Kesultanan Aceh Darussalam. 

Setelah Sultanah Zakiatuddin turun tahta maka Naiklah Sultanah Kamalat Syah (1688-1699). 

Setelah itu maka naiklah Sultan Sayed Badrul Alam Syarief Hasyim Jamalullail (1699-1701 M), kemudian naiklah Sultan Perkasa Alam Syarief Lamtui (1701-1703 M).

Setelah itu naiklah tahta Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail (1703-1726 M). Sultan Sayed Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail terkenal sebagai Sultan yang adil, ekonomi Aceh saat itu meningkat pesat seperti era Sultan Iskandar Muda. 

Kemudian naiklah Sultan Jauhar Alam Amadudin Syah (1726  M ), lalu naiklah Sultan Syamsul Alam Wandi Teubing (1726 M).

Dinasti Sultan Sayed Jamalullail, yang merupakan keturunan Rasulullah SAW, telah menorehkan banyak kemajuan untuk Aceh Darussalam saat itu.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini