-->








Top! Setelah Bagikan Sembako Gratis, Datok Seunebok Dalam Mesjid Kembali Serahkan 'Daging Meugang' Kepada Warganya

19 April, 2020, 17.20 WIB Last Updated 2020-04-19T23:32:27Z
LINTAS ATJEH | ACEH TAMIANG - Ada beberapa sikap seorang pemimpin ideal dalam khazanah Islam, salah satunya, yakni mampu menjadi pelayan masyarakat, hal ini sebagaimana diterangkan oleh Syaikh al-Khathib al-Baghdady dalam kitabnya “Tarikhu Baghdad” (10/187): bahwa diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a., Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: "Seorang pemimpin adalah 'pelayan' bagi masyarakat atau orang yang dipimpinnya."

Tampaknya, sabda dari Baginda Nabi Muhammad SAW tersebut diamalkan secara sungguh-sungguh oleh seorang Datok Penghulu (Kepala Desa) Kampung Seunebok Dalam Mesjid, Kecamatan Bendahara, Aceh Tamiang, yang bernama Abdurrahman.

Pasalnya, saat pandemi virus corona (Covid-19) mewabah di Kabupaten Aceh Tamiang, para datok penghulu kampung lainnya hanya baru mampu melakukan penyemprotan disinfektan ke rumah-rumah warga. Namun Datok Abdurrahman berani merogoh koceknya sendiri untuk membeli sembako lalu dibagikan secara gratis kepada seluruh warga di kampungnya. 

Berdasarkan catatan LintasAtjeh.com, langkah mulia tersebut telah dilakukan oleh Kampung Seunebok Dalam Mesjid, Abdurrahman alias Tok Don pada tanggal 02 April 2020 kemarin.

Menjelang Ramadhan 1441 Hijriah, Datok Abdurrahman kembali melakukan langkah mulia terhadap warga kampung yang dipimpinnya, yakni membagikan kupon yang nantinya dapat ditukar dengan daging meugang secara gratis.

Saat dikonfirmasi di Kantor Datok Penghulu Kampung Senebok Dalam Mesjid, pembagian kupon daging meugang ini sebagai salah satu bentuk kepedulian, juga untuk membangun solidaritas di kampung.

"Dengan pembagian daging meugang secara gratis ini, kita berharap masyarakat Kampung Seunebok Dalam Mesjid yang saat ini berkurang penghasilan mereka akibat dampak dari wabah virus corona bisa lebih optimis menyambut bulan suci Ramadhan. Karena bulan Ramadhan merupakan bulan yang penuh dengan keberkahan," terang Datok Abdurrahman.

"Bagi masyarakat Aceh, menyambut Ramadhan atau lebaran tanpa meugang akan terasa hambar. Walaupun bukan sebuah kewajiban, namun sudah menjadi keharusan, sehingga jarang dijumpai pada masyarakat Aceh yang tidak makan daging menjelang Ramadhan tiba," pungkasnya.[ZF]
Komentar

Tampilkan

Terkini