-->








Peusaba Aceh: Jadikan 1 Muharram 1442 H Momentum Penyelamatan Aceh Darussalam

21 Agustus, 2020, 08.45 WIB Last Updated 2020-08-21T01:45:36Z
LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman meminta semua pihak agar menjadikan 1 Muharram 1442 sebagai Momentum dalam penyelamatan situs sejarah Islam di Aceh Darussalam. 

Pada 1 Muharram 225 Hijriah (840 Masehi) telah terbentuk kerajaan Islam pertama di Asia Tenggara. Sejak terbentuknya Kerajaan Peurelak kemudian mulailah dakwah Islam. 

Pada tahun 1270 M terbentuk kesultanan Samudera Pasai, dakwah Islam kemudian berkembang hingga seluruh nusantara dan Asia Tenggara pada masa Kerajaan Pasai sejak 1270-1511 dakwah Islam hampir mencapai seluruh kawasan Asia Tenggara. 

Pada  tahun 1205-1903 masa Kesultanan Aceh Darussalam, pada masa awal Ibukota Kesultanan berada  di Kawasan Istana Darul Makmur Gampong Pande kemudian karena pernah terjadi tsunami raksasa, istana dipindahkan ke Darud Donya atau Meuligoe sekarang ini. Perkembangan Islam bertambah maju dengan banyaknya kitab keilmuan Islam yang dikarang dalam bahasa Melayu untuk kebutuhan pelajar Islam.  Sejarah itu adalah sejarah yang dicatat dengan tinta emas dalam sejarah Islam.

Perkembangan Aceh yang berpusat di Darud Donya, bukan hanya itu saja namun juga diikuti dengan Kesultanan Aceh melawan imperialisme barat dan berhasil mengepung Portugis di Malaka. 

Namun hari ini makam para Raja-raja dan Ulama Kesultanan Aceh Darussalam terancam sebab kaum Yahudi dan antek-anteknya yang dulu dikalahkan oleh gabungan Pasukan Aceh Darussalam, Turki Utsmani dan Tentara Melayu telah membuat ulah dengan kembali memusnahkan situs makam Raja dan Ulama penyebar Islam di Asia Tenggara.

Sasaran mereka adalah kawasan inti Kesultanan Aceh Darussalam Bandar Aceh Darussalam dan setelah Bandar Aceh Darussalam dilenyapkan sejarahnya, maka mereka akan memusnahkan daerah lainnya. Demikian besar kebencian mereka kaum Yahudi dan antek-anteknya.

Gampong Pande tempat pemakaman para Raja-Raja, Ulama dan pembesar Kesultanan Aceh terus dimusnahkan dengan proyek IPAL tinja kotoran manusia dan sampah di kawasan Kompleks Istana Darul Makmur, sedangkan makam ulama Tun Kamil (1450-1530). Di Gampong Pande akan segera ditimbun jadi bangunan permanen. Makam itu akan lenyap di bawah bangunan sebagai pembalasan mereka kepada Raja-raja dan Ulama Kesultanan Aceh Darussalam.

Kemudian di Gampong Baro Banda Aceh makam Sultan Habib Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail (1703-1726), Sultan yang sempat mengancam menyerang Belanda di Malaka, kini sudah dipenuhi bangunan Hotel, kedai  bakso dan perumahan padahal kawasan makam adalah Lampoh  (Kebun) Poteu Jeumaloy milik Sri Sultan Habib yang tidak boleh berpindah tangan, malah tidak berani diganggu Belanda, tapi hari ini makamnya sangat sempit bahkan tidak bisa dilewati. 

Menurutnya, banyak lagi kawasan yang terancam oleh ulah mereka. Mereka sudah demikian angkuh dan congkak, sebab mereka sudah mendapatkan dukungan penuh dari antek-anteknya. 

"Namun yakinlah bahwa kita akan mengalahkan mereka dan menyelamatkan makam nenek moyang kita. Tanah Aceh adalah tanah agung tanah para Aulia," tegasnya.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini