-->








Peusaba Aceh: Darurat Sejarah Aceh, Perlu Kurikulum Pendidikan

29 November, 2020, 05.49 WIB Last Updated 2020-11-28T22:49:42Z

LINTAS ATJEH | BANDA ACEH - Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman meminta agar para pihak membuat mata pembelajaran sejarah Aceh secara khusus. Ini sangat penting dalam rangka melindungi sejarah Aceh agar tidak hilang untuk generasi yang akan datang. Banyak anak-anak dan generasi muda Aceh  tidak mengetahui apapun tentang sejarah Aceh. 


"Padahal dalam sejarah Aceh terkandung kebesaran dan keagungan. Aceh adalah tempat awal mula masuknya peradaban Islam di Asia Tenggara, namun tidak semua tahu sejarah bagaimana persisnya, kapan dan bagaimana," katanya ke redaksi, Minggu (29/11/2020).


Lanjut dia, sedangkan tokoh-tokoh yang memegang jabatan di Aceh juga sedikit pengetahuan tentang sejarah Aceh apalagi mencintai sejarah Aceh Darussalam.


"Ini ditandai dengan terus berlangsungnya penghancuran situs sejarah Aceh Darussalam  di Gampong Pande dan di seluruh Aceh. Ketika aktivis kebudayaan dan sejarah meminta dihentikan penghancuran, justru mereka menjawab apa untungnya melindungi situs sejarah. Ini menandakan betapa dangkalnya kecintaan mereka kepada Aceh," tukas Mawardi.


Dijelaskannya, situs sejarah termasuk makam para Ulama adalah salah satu bukti peradaban Islam dan setiap peradaban Islam tersambung kepada Rasulullah SAW. Apalagi yang membawa Islam ke Peureulak adalah Sayed Ali Muktabar dari Ahlul Bait keturunan Nabi Muhammad SAW. Mempelajari sejarah Islam di Aceh berarti juga mempelajari kesinambungan antara negeri ini dengan masa awal Islam. 


"Jika pemusnahan situs Sejarah terus terjadi maka bukti peradaban Islam di Aceh akan hilang. Kelak jika ditanyakan bukti peradaban Islam. Apakah kita berani mengatakan kita awal mula Islam sedangkan situs sejarah terus  dimusnahkan oleh pemimpin di Aceh secara zalim?" tanya dia.


Bahkan, menurut Mawardi, kejadian beberapa tahun yang lalu, Barus ditetapkan sebagai titik nol Islam di Nusantara yang tanpa bukti dan lainnya masih segar dalam ingatan kita. Sedangkan di Aceh situs-situs sejarah Islam dihancurkan. Padahal bukti sejarah menyatakan Aceh Darussalam adalah yang pertama Islam, jika kemudian bukti sejarah dibiarkan  hilang maka lenyaplah sejarah Aceh dan sejarah Islam, maka terputuslah silsilah emas Asia Tenggara bahwa Islam ada di Aceh.


"Maka untuk tidak mengulangi kejadian pemusnahan sejarah di Aceh, dan juga kejadian yang terjadi ketika titik nol Islam di Nusantara yang berpindah ke Barus, maka haruslah ada pembelajaran sejarah kepada generasi Aceh," timpalnya lagi.


Masih kata dia, mungkin pemimpin di Aceh yang buta sejarah tidak akan perduli, namun kita perduli dan kita semua pihak yang peduli sejarah Aceh harus memperjuangkan.


"Agar mata pembelajaran serta mata kuliah  sejarah dan peradaban Islam Aceh menjadi mata kuliah dan pembelajaran wajib untuk semua jenjang pendidikan sejak usia dini," harap Mawardi.[*/Red]

Komentar

Tampilkan

Terkini