LINTAS ATJEH | ACEH TAMIANG - Wakil Bupati Aceh Tamiang, HT. Insyafuddin, ST, bersama Kapolres AKBP Ari Lasta Irawan, S.I.K, sertabDandim 0117/Atam Letkol. CPN. Yusuf Adi Puruhita mengikuti video conference Rakor Karhutla 2021, di Aula Promotor Polres setempat, Selasa (23/03/2021).
Informasi yang dihimpun LintasAtjeh.com, Minggu (28/01/2021), pelaksanaan kegiatan tersebut dipimpin langsung oleh Kapolda Aceh, Irjen Drs. Wahyu Widada M.Phil.
Ini merupakan langkah lanjutan dalam upaya pencegahan dan penanganan Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla).
Pada kesempatan itu, turut hadir Gubernur Aceh, Ir. H. Nova Iriansyah, MT, Pangdam Iskandar Muda (IM) Mayjen TNI Achmad Marzuki, Kepala Basarnas Aceh, General PT Telkom Aceh dan Perwakilan Balai Wilayah Sungai Sumatera - I Provinsi Aceh
Dalam pembukaannya, Gubernur Aceh Ir. H. Nova Iriansyah, MT, menyampaikan penyebab resiko Karhutla yang semakin tinggi. Dijelaskan juga oleh Nova, lahan gambut di Provinsi Aceh menjadi daerah rawan terjadinya Karhutla.
"Menjelang bulan suci Ramadhan 1442 H terjadi pergantian suhu yang tinggi. Inilah salah satu yang menyebabkan resiko Karhutla semakin tinggi. Selain itu daerah Aceh memiliki lahan gambut seluas 338 ribu hektare. Hal ini menjadi sangat rawan, jika lahan gambut sudah terbakar akan sangat sulit dipadamkan. Inilah tantangan kita bersama untuk mengantisipasi secara cepat dan tepat" tegas Gubernur Aceh.
Dalam hal ini, Gubernur Aceh juga memerintahkan para TNI/Polri serta dinas terkait untuk segera melakukan koordinasi dengan kabupaten/kota untuk dapat melakukan pemadaman secara cepat.
"Penting sekali manajemen dalam kerjasama ini, informasi sangat diperlukan. Saat ini software kita sudah ada, hanya saja 'Men Power' harus dikuatkan kembali. Evaluasi kembali slot TNI, POLRI dan penegak hukum yang terlibat sehingga pembagian pelaksanaan tugas jelas dan terarah," ucap Nova.
Pada kesempatan yang sama, Pangdam IM Mayjen TNI Achmad Marzuki menjelaskan bahwa secara organisasi pencegahan Karhutla saat ini sudah terorganisir dengan baik. Ia mengharapkan agar secepat mungkin mendapatkan informasi dari pihak terkait untuk dapat menyelesaikan masalah karhutla dengan baik.
"Kita mengharapkan adanya pembangunan infrastruktur monitoring. Selanjutnya mari bersama-sama berikan edukasi kepada masyarakat. Menjelaskan bagaimana dampak luar biasa yang ditimbulkan karhutla, khususnya dibidang ekonomi. Dan kita akan mencari solusi permanen untuk penanganan Karhutla tahun selanjutnya," ujar Mayjen TNI Achmad Marzuki.
Pangdam juga menginformasikan bahwa Kodam IM sudah membuat kelompok tani, sehingga titik pembukaan lahan sudah terdata secara jelas. Ini salah satu tindakan antisipasi dalam menjaga Bumi Aceh dari musibah karhutla.
Di depan para hadirin Vidcon Rakor Karhutla, Kapolda Aceh Irjen Drs. Wahyu Widada M.Phil memaparkan lokasi lahan gambut yang dari tahun ke tahun Karhutla menjadi permasalahan yang terjadi.
"Tahun 2015 adalah tahun terparah terjadinya Karhutla. Lahan gambut terbesar di Provinsi Aceh terletak sisi Barat. Pada lokasi ini lahan gambut mudah ditemukan akan tetapi sulit dipadamkan. Sedangkan di daerah pegunungan Aceh bagian tengah dan timur sulit ditemukan akan tetapi mudah dipadamkan. Dan Ini menjadi tanggung jawab kita semua, bagaimana kita bisa menyusun Peraturan Daerah terkait Karhutla” jelas Kapolda Aceh.
Irjen Drs. Wahyu Widada mengungkapkan bahwasannya saat ini Provinsi Aceh sudah mempunyai dua Aplikasi untuk melacak titik api yaitu Lancang Kuning dan Sipengi. Diharapkan kepada semua pihak sudah memiliki aplikasi ini.
“Perlu adanya sosialisasi edukasi para masyarakat untuk tidak membuka lahan dengan cara membakar, sebab ini dapat merusak lapisan Ozon dan dapat merusak kelestarian hutan. Dari sisi kesehatan, karhutla dapat mengancam kesehatan pernapasan jika terhirup oleh masyarakat. Dan secara politis, jika ini sampai terjadi maka akan menjadi problem bagi kita semua,” pungkasnya.
Dari 10 provinsi yang menjadi perhatian, Aceh menjadi prioritas penanganan karhutla. Berdasarkan data yang dihimpun oleh Polda Aceh, pada Tahun 2020 sebanyak 262 hotspot titik api ditemukan dan tahun 2021 sebanyak 422 hotspot. Data ini akan terus meningkat melihat kondisi kemarau saat ini.
Perwakilan Kepala BMKG Aceh juga menambahkan potensi titik panas Karhutla masih berpotensi di Bulan Maret-Juni 2021 di Provinsi Aceh.
“Vegetasi alang-alang dan pakis sangat perlu diwaspadai, pecahan beling dan puntung rokok menjadi pemicu terjadinya karhutla. Selain itu mari cegah pembalakan liar dan waspada terhadap potensi cuaca extrim petir puting beliung yang rawan terjadi di masa transisi cuaca," jelas BMKG Aceh.
Pada itu juga Balai Wilayah Sungai Sumatera - I Provinsi Aceh memaparkan penyebab utama Karhutla di Aceh adanya pembukaan lahan secara dibakar dan cuaca ekstrim. Secara keseluruhan titik api di Aceh sudah tidak ada. Perbandingan Karhutla Tahun 2019 periode Januari-Maret terjadi sebanyak 27 kali kejadian, pada tahun 2020 terjadi sebanyak 155 kali kejadian. Sedangkan tahun 2021 hanya terjadi 55 kali kejadian.
Balai Wilayah Sungai Sumatera - I Provinsi Aceh tetap menghimbau masyarakat untuk tetap waspada dan memperhatikan potensi terjadinya karhutla.[*/Red]