-->








Lemahnya Minat Menulis Mahasiswa Aceh

09 Juni, 2021, 21.08 WIB Last Updated 2021-06-09T14:09:23Z
LEMAHNYA minat belajar menulis di kalangan mahasiswa Aceh menjadi problem bagi arah dan kondisi bangsa kedepan. Dalam konteks ini mahasiswa sebenarnya harus menjadi agen perubahan. Memahami fenomena mahasiswa Aceh hari ini tampak hampir lupa dengan tanggungjawab kemahasiswaannya untuk terus belajar dan mewujudkan gagasan. Mereka justru tampak lalai dengan bermain game berjam-jam sampai lupa waktu, atau mereka candu dan larut dalam skema pasar industry digital sebagai pengkonsumsi.

Berdasarkan observasi penulis, kalangan mahasiswa Aceh  cenderung malas membaca dan menulis. Padahal dua hal tersebut harus diprioritaskan oleh mahasiswa Aceh masa kini. Jika mahasiswa malas dalam belajar, bagaimana pula menjawab tantangan zaman yang hampir meninggalkan era 4.0.

Penulis melihat yang terjadi pada mahasiswa Aceh saat ini bahwa lemah minat membaca dan menulis. Padahal dengan bersungguh-sungguh belajar, potensi mereka akan terus terlatih, dan tingkat kekritisannya dalam berpikir akan terus terbentuk. Bagi penulis, membaca dan menulis bukan saja jendela dunia, tetapi juga pintu masuk mahasiswa dalam berkreasi dan berinovasi.

Terkait narasi ini, penulis juga melihat banyak faktor yang membuat mahasiswa Aceh lemah dalam hal minat belajar menulis. Diantara kendalanya bahwa mereka malas dalam membaca dan berfikir. Sebenarnya ini yang harus terus diupayakan agar mahasisa Aceh terbentuk pola pikir dan daya kritisnya dalam menganalisa setiap problem di Aceh-Indonesia. 

Faktor-faktor lemahnya mahasiswa Aceh membaca dan menulis juga dapat ditemui alasan seperti menganggap menulis adalah sesuatu hal yang ribet, malas latihan, tidak percaya diri. Padahal bagi anggapan penulis bahwa ini semua bagian dari proses melatih karakter mahasiswa. karena setiap orang sebelum menjadi penulis yang baik pernah juga menjadi sebagai seorang pemula.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Sebenarnya belajar menulis tidak memberatkan dan tidak ribet asalkan ada niat dan usaha gigih, dan kemauan yang penuh komitmen. Melalui tulisan ini sebenarnya penulis ingin mengajak seluruh mahasiswa dan pemuda Aceh agar bergairah menjadikan membaca dan menulis sebagai pilar kebudayaan yang terus digeluti. Sehingga daya pikirnya dapat lebih terarah menuju perbaikan peradaban Aceh. 

Jika minat bacanya lemah bagaimana pula untuk berkeinginan menulis, karena narasi-narasi yang hendak ditulis didapat melalui rutinitas membaca yang terus-menerus. Penyakit malas yang sudah menjamur di kalangan mahasiswa Aceh hari ini wajib dilawan karena dapat membunuh karakter keacehan mahasiswa. 

Seperti kata bijak mengatakan, jangan biarkan pikiran yang kerdil dan cemerlang menjadi budak bagi tubuh yang malas. Dalam hal ini harus patut diawasi oleh semua pihak, terutama pada mahasiswa sendiri apa yang menjadi problem mahasiswa malas menulis saat ini. Dan kondisi  lingkungan pun harus terus dievaluasi untuk mengarah kearah yang lebih positif, sehingga pola pikir mahasiswa Aceh lama-kelamaan akan berubah kehal-hal yang sifatnya konsolidasi positif.

Terkait hal ini pula, kalangan orang tua juga harus ikut andil dalam mengubah pola pikir buah hatinya. Dengan terus mendorong agar perubahan yang ada dalam diri anaknya bisa berubah untuk tingginya minat membaca dan menulis. Langkah pertama yang harus diperhatikan oleh orang tua adalah dengan memperbanyak komunikasi dengan anak-anaknya supaya  mengetahui penyebab apa saja yang membuat anaknya malas dalam membaca dan menulis.

Berdasarkan temuan penulis, orang yang memiliki kecakapan dalam menulis akan terus mengundang manfaat, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Misalnya orang yang sering menulis dapat mengungkapkan gagasannya secara lisan dan tulisan, serta dapat memperbanyak kosa kata dan otaknya terus terasah. 

Seseorang jika sering menulis akan terus bermuncul gagasan dengan sendirinya. Dalam hal ini jangan takut untuk membaca dan menulis. Jika pun tidak ada yang dibaca, maka  carilah bahan bacaan, ataupun jika tidak ada yang membaca, maka teruslah menulis, karena menulis adalah proses menanusiakan manusia. Demikianlah pemikiran menulis yang penulis dapat dari zulfata sering dianggap sebagai provokator akal sehat. 

Menulis itu ternyata juga banyak manfaatnya bagi kesehatan, yang pertama dapat memperkuat daya ingat. Kedua, dapat menghilangkan stress. Ketiga, dapat mengatur perasaan dengan baik. Keempat, bisa memperbaiki suasana hati serta dapat memecahkan segala persoalan dengan baik. Bahkan menulis juga dapat dianggap sebagai bagian dari ibadah.

Melalui tulisan ini, penulis mengajak seluruh kalangan mahasiswa Aceh agar terus membaca dan berlatih menulis, jangan bermalas-malasan karena mahasiswa Aceh adalah tumpuan harapan masyarakat Aceh, calon pemimpin Aceh masa depan. Anak muda Aceh tetap harus berjuang, jangan berpangku tangan meski fakta karakter mahasiswa hari ini belum sesuai harapan. Pemuda Aceh adalah aset negeri yang akan didorong untuk merontokkan kaum oligarki dan tirani. 

Dalam Al-Qur’an pun disampaikan bahwa Allah  SWT. tidak akan merubah nasib suatu kaum, sebelum mereka berubah apa yang ada pada dirinya, maka mari kawan-kawan semua tetap semangat dalam belajar. jangan sampai mahasiswa Aceh berubah menjadi penyakit sosial bagi masyarakat dan negeri. Akhirnya, tidak keliru jika kita kumandangkan bahwa “Saya mahasiswa Aceh, Saya membaca dan menulis”.

Penulis: Abdan Syakura (Wakil Ketum HMP Sosiologi Agama FUF UINAr-Raniry dan Siswa SKM)
Komentar

Tampilkan

Terkini