-->








Mobil Dinas, Mobilitas dan 15 Janji yang Belum Tuntas

27 Juli, 2021, 15.37 WIB Last Updated 2021-07-27T08:37:48Z

Rahmad Syukur, Kecamatan Tadu Raya, Nagan Raya. 
(Foto: LintasAtjeh.com)

Setiap prestasi ada penghargaan, setiap upaya untuk memotivasi kerja ada reward, dan setiap hutang juga ada tagihannya. Seandainya janji dianggap sebagai hutang, maka janji seorang pemimpin adalah hutang dan harus diselesaikan hutang tersebut terlebih dahulu, barulah rakyat memberi apapun yang pemimpin minta. 

Bagi para pendukung, mobil dinas untuk pejabat atau pemimpin seperti bupati seakan merupakan marwah daerah, padahal marwah bukan pada pemakaian yang mewah, melainkan pada pembuktian saat membangun daerah. 

Mobilitas apa untuk daerah selebar daun kelor ini sehingga mengharuskan setiap periode ganti mobil dinas? Kenapa kita terlalu 'mentel' dengan peristiwa mobil mogok kepala daerah yang terjadi barangkali hanya sekali. Mobil sekelas harga untuk pejabat harusnya dirawat bukan 'di-ubar' setelah mogok. 

Mobilitas apa yang dilakukan kepala daerah sehingga mobil yang terbilang baru bisa mogok? Apakah saat mengejar janji ke 16 yang merupakan bonus untuk rakyat sampai mobil baru beranjak periode kedua bisa mogok?. Lihatlah data tingkat produktifitas penduduk Kabupaten Nagan sekarang ini. 

Ada sejumlah 47.587 orang penduduk atau sekitar 48,93 persen penduduk tidak produktif. Jika merujuk data keseluruhan, artinya hampir setengah penduduk Nagan Raya adalah pengangguran. 

Beban ini mau diberikan kepada siapa? Mobilitas seperti apa yang selama ini dilakukan sehingga angka pengangguran yang sedemikian besar di Nanggroe Rahmani ini? (Meluruskan istilah Rameunee_Red). 

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Mobil mogok itu seharusnya bagi pejabat dan para pendukung menjadi ibrah, bahwa jangan-jangan berbagai janji yang diobral dahulu saat kampanye, terlebih dulu 'mogok' tidak berjalan. 

Kenapa tidak berfikir bahwa mogok adalah rahasia Ilahi atas janji yang tidak direalisasikan? Jangan-jangan ini isyarat, tidak lama lagi keinginan maju untuk kedua kali akan senasib dengan mobil dinas itu? 

Wahai pejabat, berbenahlah! Jangan gampangan menunjuk mobil yang salah dangan alasan marwah juga mobilitas. Letak marwah adalah pada integritas. Jangan mencari pujian diluar, tapi dicaci dari dalam. 

Rakyat menunggu janji untuk ditunaikan, bukan ingin melihat mobil bercat metalik penuh kilatan. Berbenahlah, tinggalkan kenangan kebersahajaan. Sebab belum tentu akan gampang melenggang ke periode depan. Setidaknya, sisakan kenangan paling baik untuk kami rakyat yang mencintai bupati melebihi pendukungnya.

Penulis : Rahmad Syukur, Pemuda Kecamatan Tadu Raya, Kabupaten Nagan Raya.










 

Komentar

Tampilkan

Terkini