-->








Ekonomi Syariah, Solusi kah?

06 November, 2021, 13.23 WIB Last Updated 2021-11-06T06:27:16Z
TREN ekonomi syariah sepertinya memberikan dampak yang signifikan. Pasalnya baru baru ini geliat ekonomi syariah mengalami peningkatan. Hal itu seketika menjadi sorotan. Sebagaimana yang disampaikan oleh presiden Jokowi pada perayaan Hari Santri Nasional. Beliau menginginkan Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah.

Presiden Joko Widodo ingin Indonesia menjadi pemain utama sektor ekonomi syariah dan industri halal dunia. Hal ini mengingat RI merupakan negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. "Indonesia harus menjadi pusat gravitasi ekonomi syariah dunia," kata Jokowi dalam acara Peringatan Hari Santri Nasional dan Peluncuran Logo Baru Masyarakat Ekonomi Syariah di Istana Negara, Jakarta, Jumat (22/10/2021).

Jokowi mengatakan, perkembangan ekonomi syariah Indonesia cukup pesat. Menurut data The State of Global Islamic Economy Indicator Report, ekonomi syariah RI mengalami pertumbuhan signifikan dari tahun ke tahun.

Tahun 2020 capaian tersebut kembali mengalami peningkatan hingga menempatkan ekonomi syariah RI pada peringkat 4 dunia. Kendati demikian, Jokowi tidak ingin seluruh pihak cepat berpuas diri. 

"Perlu ada upaya yang sinergis antar pemangku kepentingan agar ekonomi syariah kita tumbuh lebih pesat lagi," ujarnya.

Jokowi mengatakan, Masyarakat Ekonomi Syariah (MES) mempunyai peran penting dalam pengembangan ekonomi syariah Tanah Air. Ia ingin MES menjadi jembatan bagi seluruh pemangku kepentingan ekonomi syariah untuk membangun ekosistem ekonomi syariah yang inklusif dan mampu bertahan menghadapi berbagai macam krisis.

Terkait hal tersebut, pemerintah telah menyiapkan berbagai skema, mulai dari program Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (Mekaar), kredit usaha rakyat (KUR), hingga Bank Wakaf Mikro. "Saya berharap pesantren dan para santri dapat memanfaatkan berbagai program pembiayaan ini dengan baik, sehingga pesantren dan para santri dapat semakin berperan dalam memperkuat ekonomi umat," kata Presiden.
(Kompas.com, 22/10/2021)

Hal ini tentu terlihat bak angin segar bagi perekonomian Indonesia yang rapuh. Tapi tujuan dalam menjadikan Indonesia sebagai pusat ekonomi syariah sarat akan kapitalisasi. Ekonomi syariah hanya dipandang sebagai peluang bisnis untuk meraih materi sebanyak-banyaknya.

Tidak bisa dipungkiri bahwa geliat ekonomi syariah makin masif. Dan hal ini nampak dari menjamurnya segala industri maupun pasar halal diberbagai belahan dunia, dimana label halal tengah populer dikalangan para pebisnis.

Pengembangan industri halal ini menjadi strategi pembangunan negara-negara dunia. Dan ini merupakan celah yang dilihat oleh pemerintah, terlebih  di Indonesia khususnya. Berharap ekonomi syariah mampu mengatasi berbagai krisis ekonomi yang terjadi.

Bahkan pada Maret 2020, perkiraan total keseluruhan nilai industri halal global mencapai USD2,3 triliun (belum termasuk sektor keuangan syariah). Potensi pasar halal yang paling menjanjikan dan tumbuh cepat dapat terlihat dari rasio penduduk muslim, di antaranya Asia Pasifik (61,9%), Timur Tengah dan Afrika Utara (20,1%), Sub-Sahara Afrika (15,3%), Eropa (2,4%), dan Amerika (0,3%).

Potensi tersebut mampu tertangkap oleh negara-negara produsen industri halal nonmuslim, seperti Brazil, Argentina, Australia, Selandia Baru, dan Singapura sebagai negara dengan skor Global Islamic Economy Indicator (GIEI) tertinggi (2017—2018) di pasar makanan halal. (Journal of Regional Economics Indonesia)

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Dan ini tentu hal yang menggiurkan bagi para kapital untuk melanggengkan bisnis mereka tak terkecuali Indonesia. Maka wajar pada momen perayaan Hari Santri Nasional, Presiden menekankan bagaimana agar Indonesia menjadi pusat ekonomi syariah. Sebab melihat potensi yang ditawarkan cukuplah menjanjikan.

Dari sini jelas bagaimana ekonomi syariah yang dibangun dialam Kapitalis tujuannya adalah meraih materi sebanyak-banyaknya. Dan bukan lahir dari kesadaran bahwa syariah adalah solusi atas segala krisis dan problematika umat. Lalu yang terjadi adalah dengan banyaknya kaum muslim maka potensi bagaimana mengembangkan ekonomi syariah semakin besar.

Ekonomi syariah menjadi ladang bisnis baru bagi para kapitalis. Andai kata tidak ada potensi profit dalam ekonomi syariah, apa iya hal itu akan mereka ambil sebagai kebijakan negara? Mengingat, belum ada sistem di negara mana pun yang menerapkan syariat Islam secara menyeluruh sebagai sistem pemerintahan. 

Kalaupun ada, sifatnya parsial dan sangat memungkinkan berorientasi bisnis dengan embel-embel “syariah”. 

Tatkala syariat mendatangkan cuan, mereka mengambilnya. Jika memunculkan bahaya, mereka mencampakkannya. Begitulah karakteristik kapitalisme. Syariat hanya sebagai “pemanis” dalam memutar roda perekonomian kapitalis. Dari sini jelas bahwa ekonomi syariah ketika di terapkan di sistem sekarang tentu tidak akan membawa perubahan, pasalnya standarnya saja sudah berbeda.

Penggunaan kata syariah, disatu sisi menjadikan kita sebagai seorang muslim bersyukur sebab melihat bagaimana masyarakat aware terhadap hal yang berkaitan dengan Islam. Tapi disisi yg lain, penggunaan kata syariah marak digaungkan oleh negara hari ini. Entah untuk menormalisasi kan sesuatu atau untuk dijadikan ajang bisnis demi meraih untung yang banyak mengingat populasi Indonesia mayoritas muslim. 

Kata syariah yang disematkan tentu menjadi harapan umat hari ini. Bagaimana negara mestinya tidak hanya memandang ekonomi syariah sebagai hal yang menguntungkan bagi perekonomian. Tapi juga bagaimana syariah mampu menjadi solusi atas setiap persoalan.

Karna negara hari ini berada alam sekularisme, syariat masih dipandang setengah hati. Satu sisi, penguasa ingin mewujudkan masyarakat ekonomi syariah. Di sisi lainnya, mereka justru terlihat alergi jika berkaitan dengan politik, hukum, dan sosial masyarakat yang berbasis syariah. Islam kerap kali menjadi bahan tudingan dan fitnah. Entah dengan isu intoleransi, antikebinekaan, radikalisme, atau politik identitas.

Padahal, Islam bukanlah agama prasmanan, syariat dipilah-pilih sesuai kepentingan. Jika suka diambil, jika benci dikriminalisasi. Panduan berislam seorang muslim sangat jelas dalam firman Allah dalam QS Al-Baqarah: 208, “Wahai orang-orang yang beriman! Masuklah ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu ikuti langkah-langkah setan. Sungguh, ia musuh yang nyata bagimu.” 

Syariat akan menjadi berkah dan rahmat tatkala terterapkan sempurna. Ekonomi sangat berkelindan dengan kebijakan politik. Jika politiknya saja masih berkiblat pada demokrasi kapitalisme, bagaimana mungkin tercipta masyarakat ekonomi syariah secara kafah? Keberkahan dan rahmat Islam tidak akan pernah terasa jika syariat hanya menjadi batu loncatan meraih sebanyak-banyak materi. 

Tujuan penerapan syariat adalah untuk mewujudkan kesejahteraan hakiki. Islam memandang kesejahteraan bukan hanya dari aspek ekonomi semata. Definisi kesejahteraan dalam Islam adalah kondisi saat seseorang dapat mewujudkan semua tujuan syariat (maqashid asy-syariah), yaitu terlindungi kesucian agamanya, keselamatan dirinya, akalnya, kehormatannya, dan hak miliknya/hak ekonominya.

Waallahu'alam

Penulis: Siti Munawarah, S.E (Pegiat Literasi)
Komentar

Tampilkan

Terkini