-->








Marhaban, Siswa SMP Assalam

13 Desember, 2021, 18.19 WIB Last Updated 2021-12-13T11:22:06Z
LINTAS ATJEH | BIREUEN - Hujan terus turun di luar. Seluruh bangku di ruangan sudah penuh diisi oleh peserta dan pendamping. Beberapa guru berdiri di teras karena tidak ada lagi tempat di dalam. Pukul sembilan pagi. Panitia sibuk membenahi beberapa hal karena acara akan segera di mulai. 

Di sudut ruangan, aku, Farhan dan Marhaban duduk berdampingan. Fathia menduduki bangku depan. Kebetulan ketika masuk ruangan ada seorang ibu bangkit dari duduknya dan memberikan bangku buat Fathia. Sedangkan Ustazah Fitri menunggu di luar. 

"Adik nanti baca doa, ya?" pinta salah seorang panitia pada siswa yang duduk di depan kami. 

Anak itu menggeleng, sepertinya ia keberatan dengan permintaan sang panitia.  Ibu yang diperkirakan berusia empat puluhan itu menanyainya sekali lagi. Jawaban anak itu masih sama. 

Sang panitia melirik ke arah lain, ia mencoba mencari siswa bersarung untuk diminta membacakan doa penutup di acara pembukan Pentas Agama Islam yang akan dimulai sebentar lagi. Untuk hal-hal semacam itu, Anak-anak yang mengenakan seragam "sarung" memang menjadi prioritas utama. Karena mereka adalah didikan sekolah swasta yang basic nya dayah. 

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Dari ratusan orang yang hadir, hanya sebagian kecil siswa bersarung. Ini adalah permintaan yang sulit pikirku. Jika diminta untuk membacakan Al Qur'an atau shalawat mungkin akan mudah di iyakan tapi kalau untuk doa tidak semua orang bisa. Kalaupun bisa tidak banyak orang yang berani tampil. 

"Marhaban bisa, Nak?" tanyaku pada Marhaban.

Marhaban dan Farhan tidak ditanya oleh panitia karena hari itu keduanya tidak mengenakan sarung seperti biasa di sekolah. 

Awalnya Marhaban menggeleng ketika aku bertanya kepadanya. Tapi ketika aku menanyainya lagi Marhaban diam sebentar. Berpikir dalam, kemudian mengangguk.

"Adik ini bisa, Bu" kataku pada panitia. 

Dengan raut wajah bahagia, ibu itu langsung mendekati Marhaban. 

"Namanya siapa, Dik?" tanya dia. 

"Marhaban, Bu"

"Sekolahnya? "

"SMP Assalam"

"SMP Assalam Islamic School," ucap panitia dengan jelas seakan sudah sangat hafal dengan sekolah yang satu itu. Dengan wajah lega, ia mencatatnya di selembar kertas. 

"O iya, Dik Marhaban. Pindah duduk ke  depan aja ya, biar mudah jalan nya nanti" 

Tanpa perlu diminta dua kali, Marhaban langsung bangun dan mengikuti permintaan ibu panitia. 

Sejak membacakan doa penutup di hari pembukaan itu, Marhaban sudah dikenali, kelembutan suaranya membuat tersentuh banyak hati.

Marhaban merupakan salah satu peserta perwakilan SMP Assalam Islamic School dalam perlombaan Pentas Agama Islam Sekabupaten Bireuen tahun 2021 dan alhamdulillah berhasil meraih juara ketiga.[*/Red]
Komentar

Tampilkan

Terkini