-->








Pulau Kaledonia Berpenghuni Suku Jawa, Besok Referendum Jadi Negara Merdeka

11 Desember, 2021, 14.19 WIB Last Updated 2021-12-11T07:19:38Z
Kepulauan Kaledonia Baru yang dihuni oleh suku Jawa besok akan mengadakan referendum kemerdekaan untuk menentukan nasib mereka menjadi negara merdeka atau tetap menjadi bagian Prancis. /REUTERS/Philippe Wojazer

LINTAS ATJEH | BEKASI - Selama ini, masyarakat Indonesia lebih mengetahui negara Suriname sebagai salah satu negara yang dihuni oleh suku Jawa.

Namun, faktanya di kawasan Oceania terdapat sebuah wilayah luar negeri milik Prancis yang juga dihuni oleh suku Jawa, yaitu Kaledonia Baru.

Pada Minggu, 12 Desember 2021 besok, Kaledonia Baru akan mengadakan referendum kemerdekaan ketiga dan terakhir kalinya untuk menentukan apakah mereka ingin menjadi negara merdeka atau tetap menjadi bagian Prancis.

Gerakan kemerdekaan Kaledonia Baru diketahui telah mendapatkan keuntungan tambahan dalam dua referendum kemerdekaan sebelumnya yang diadakan pada 2018 dan 2020.

Namun keputusan partai-partai besar di Kaledonia Baru untuk memboikot referendum kemerdekaan terakhir telah memicu perselisihan.

Hal tersebut dikatakan oleh Victor Tutugoro, juru bicara Front Pembebasan Nasional Kanak dan Sosialis Kaledonia Baru (FLNKS) dan seorang anggota koalisi separatis luas yang dikenal sebagai Komite Strategis Kemerdekaan

“Kami telah meminta para aktivis dan anggota kami untuk tidak menghalangi referendum ini sehingga dapat berlangsung dengan aman,” katanya, dikutip Pikiranrakyat-Bekasi.com dari Al Jazeera, Sabtu, 11 Desember 2021.

Kaledonia Baru, merupakan kepulauan bekas jajahan Prancis dan sekarang menjadi wilayah luar negeri mereka dengan otonomi yang ditingkatkan.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Kepulauan ini diketahui terletak di kawasan Oceania, tepatnya di perairan Samudra Pasifik Selatan yang jaraknya hampir tiga jam penerbangan ke arah timur Australia.

Kaledonia Baru diberikan hak untuk mengadakan referendum kemerdekaan ketiga yang tercantum dalam Kesepakatan Noumea 1998.

Perjanjian tersebut berisi kesepakatan Prancis dan para pemimpin Kaledonia Baru yang bertujuan untuk mengatasi keluhan politik dan sosial ekonomi di antara penduduk asli pulau dan memberi Kaledonia Baru lebih banyak otonomi.

Sementara itu, dalam beberapa waktu terakhir ini, para pendukung pro-Prancis menang tipis dalam referendum pertama dan kedua, masing-masing mengklaim 56.7 persen dan 53.3 persen suara.

Jumlah tersebut diketahui cukup menurun drastis dan dapat membuka jalan lebar bagi Kaledonia Baru yang dihuni oleh 1.4 persen suku Jawa tersebut

pemimpin loyalis partai Caledonia Together, Philippe Gomès mengatakan hal tersebut menunjukan bahwa masyarakat Kaledonia Baru sudah lelah menjadi bagian dari Prancis yang jaraknya sekitar 6.300 kilometer lebih dari Kaledonia Baru.

“Perdebatan sebenarnya adalah: bagaimana kita meninjau kembali tautan ke Prancis? Kaledonia Baru lelah hidup dengan pelaksanaan hak untuk menentukan nasib sendiri,” katanya.

“Kita harus bersama-sama menciptakan separatis dan non-separatis, kondisi untuk Kaledonia Baru yang bebas dari konsultasi tentang kemerdekaan,” tambahnya.

Namun keputusan pemerintah Prancis untuk mengadakan referendum kemerdekaan Kaledonia Baru terakhir pada bulan ini untuk menghindari pemilihan presiden dan parlemen Prancis tahun depan telah membuat marah partai-partai pro-kemerdekaan.

Didukung oleh negara-negara di kawasan Oceania, Kaledonia Baru menyerukan agar referendum kemerdekaan diadakan akhir tahun depan.

Sementara itu, Kaledonia Baru sendiri merupakan rumah bagi sekitar 7.000 suku Jawa dari keseluruhan penduduk Kaledonia baru yang berjumlah sekitar 220.000 jiwa.

Diketahui, mereka datang ke Kaledonia Baru selama tiga gelombang dari kurun tahun 1896 hingga 1970.

Banyak dari mereka yang pada saat itu bekerja di tambang nikel, perkebunan, rumah tangga, dan juga buruh bangunan.[PR-Bekasi]
Komentar

Tampilkan

Terkini