-->








Tanda Kiamat Hamba Sahaya Melahirkan Tuannya, Apa Maksudnya?

16 Desember, 2022, 15.47 WIB Last Updated 2022-12-16T08:47:48Z

Ilustrasi. Hamba sahaya melahirkan tuannya disebut sebagai tanda datangnya hari kiamat. (Foto: via Brainberries)

LINTASATJEH.COM - Rasulullah SAW dalam haditsnya pernah menyebutkan tanda-tanda hari kiamat agar muslim dapat mempersiapkan diri. Salah satunya terkait hamba sahaya melahirkan tuannya.

Hadits ini dikisahkan dari Umar bin Khattab RA. Ia bercerita saat itu, para sahabat tengah duduk-duduk bersama Rasulullah SAW hingga datang seorang laki-laki yang berpakaian putih, rambut hitam, tidak memiliki bekas sehabis perjalanan, dan tidak ada seorang pun yang mengenalnya.

Dikutip dari Riyadhush Shalihin Juz 1 karangan Imam an-Nawawi dan Mida Latifatul Muzammirah, S.S, berikut bunyi haditsnya.

قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنِ السَّاعَةِ. قَالَ مَا الْمَسْئُولُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّائِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِى عَنْ أَمَارَتِهَا. قَالَ: أَنْ تَلِدَ الأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُونَ فِى الْبُنْيَانِ

Artinya: Lelaki itu kemudian mendekatkan dirinya pada Rasulullah SAW dan bertanya, "Kapan hari kiamat?" Rasulullah SAW menjawab, "Orang yang ditanya tidak lebih mengetahui daripada orang yang bertanya." Ia bertanya lagi, "Kalau begitu, terangkan tanda-tanda kiamat?" Rasulullah SAW menjawab, "Jika hamba sahaya telah melahirkan majikannya dan orang-orang fakis miskin yang tidak bersepatu, tidak berpakaian telah berlomba-lomba membangun gedung besar." (HR Muslim)

Dalam riwayat lain, menurut Said Hawwa dalam buku Al Islam, lelaki yang menghampiri Rasulullah SAW dan para sahabat tersebut diketahui adalah Malaikat Jibril. Hadits tersebut menyebut, tujuan kedatangan Malaikat Jibril itu untuk mengajarkan agama pada para sahabat (HR Muslim, At Tirmidzi, dan An Nasa'i).

Lantas, apa makna hamba sahaya melahirkan tuannya dalam hadits tersebut?

Makna Hamba Sahaya Melahirkan Tuannya sebagai Tanda Kiamat
Ada beragam pendapat yang menafsirkan salah satu tanda-tanda hari kiamat pada hadits sebelumnya. Salah satunya yang dijelaskan oleh para ulama dalam Syarah An Nawawi 'ala Muslim.

Secara bahasa, al amah dalam hadits tersebut diartikan sebagai budak perempuan yang ditawan di medan perang. Sebab itu, para ulama tersebut berpendapat, hamba sahaya melahirkan tuannya sebagai tanda kiamat diartikan bahwa akan datang masa di mana perbudakan meluas hingga lahir anak-anak hasil hubungan antara budak dan majikannya.

TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM

Anak-anak tersebut kemudian menjadi tuan atas ibunya sendiri. Jadi, status anak-anak dari hamba sahaya tersebut mengikuti dari status ayahnya yang seorang tuan.

"Telah banyak hamba sahaya menjadi orang merdeka dengan kepemilikan sumpah (milkul yamin). Secara syariat diketahui bahwa anak-anak yang lahir dari hamba sahaya menjadi orang merdeka," tulis Syarah An Nawawi 'ala Muslim yang diterjemahkan Dr. Umar Sulaiman al Asygar dalam buku Ensiklopedia Kiamat.

Ada juga yang berpendapat, seperti dijelaskan Syaikh Nawawi dalam buku 6 Pilar Keimanan, hadits tersebut hendak menggambarkan kekacauan pada akhir zaman. Saat itu, marak penjualan ibu hingga kerap terjadi pembelian ibu sendiri tanpa diketahui oleh sang pembeli yang notabene adalah putra kandungnya.

Lain lagi dari, Hamka dalam Tafsir al-Azhar Jilid 3 berpendapat, bisa jadi hadits tersebut bermakna ada seorang petualang yang tanpa diketahui asal usulnya hingga diadopsi oleh seorang budak. Namun lama kelamaan, anak tersebut menjadi sombong setelah meraih kekuasaan.

Namun, Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani dalam Kitab Fath al Bari yang dikutip dari laman Mufti Wilayah Persekutuan Malaysia berpendapat, hadits itu juga dapat menunjukkan meluasnya praktik durhaka seorang anak pada ibunya pada akhir zaman. Kata tuan tersebut merupakan pengibaratan anak yang bertindak semena-mena pada ibunya bak tuan memperlakukan budaknya.

"Pandangan ini juga sejalan dengan konteks hadis yang berbicara tentang salah satu tanda kiamat, yaitu golongan rendah menjadi tinggi, dan orang tua yang seharusnya menjadi penguasa didominasi oleh anaknya sendiri," demikian penjelasan dari situs tersebut.

Imam Ibnu Hajar al-'Asqalani juga tidak setuju dengan pendapat sebelumnya. Sebab, menurutnya, perbudakan sudah banyak terjadi dan budak perempuan yang melahirkan anak untuk majikannya sudah terjadi di zaman Rasulullah SAW.

Pendapat ini juga didukung oleh Syeikh Mustofa Dib al-Bugha dan Syeikh Muhyiddin Mistu dalam Kitab al-Wafi fi Syarh al-Arba'in al-Nawawiyyah. Hadits hamba sahaya melahirkan tuannya merupakan bentuk kiasan dari maraknya perbuatan durhaka pada orang tua.

Perbuatan durhaka sebagai tanda hari kiamat tersebut digambarkan hingga seorang ibu atau ayah menjadi takut pada anaknya sendiri seperti hamba sahaya yang takut pada tuannya. Menurut mereka, hal itu terjadi pada fase peluruhan waktu (fasad al-zaman) dan pembalikan tatanan kehidupan (inqilab al-ahwal).[detikNews.com]


Komentar

Tampilkan

Terkini