-->




Pacaran Berdampak Negatif Terhadap Psikologi Para Pelajar

01 Januari, 2023, 14.09 WIB Last Updated 2023-01-02T22:11:45Z

Wan Salsabila (Mahasiswa Psikologi Islam Fakultas FUAD IAIN Langsa)
PACARAN memang sebuah proses yang normal, dialami oleh hampir semua orang yang ada di dunia. Apalagi paling banyak dirasakan oleh para remaja yang mulai menjadi sadar dengan lawan jenisnya. Arti kata pacar berdasarkan KBBI daring (2016) adalah teman lawan jenis yang tetap dan mempunyai hubungan berdasarkan cinta kasih yang belum terikat perkawinan. 

Lalu apakah itu arti pacaran? Pacaran secara bahasa berarti saling mengasihi atau saling mengenal. Dalam pengertian luas pacaran berarti upaya mengenal karakter seorang yang dicintai dengan cara mengadakan tatap muka (Al-Ghifari, 2014). Pacaran adalah sebuah proses perkenalan sepasang kekasih dalam rangkaian tahap pencarian menuju kehidupan berkeluarga (Nastiti, 2012).


Mayoritas seseorang menjalani hubungan asmara atau pacaran karena untuk mencari kebahagiaan dan rasa ketenangan. Ketika dua individu telah merasakannya, mereka akan saling memberikan rasa cinta. Sebab mereka merasa ada kecocokan didalamnya. 


Namun, disamping tujuan tersebut terdapat sebuah dampak negatif yang bisa mengganggu mental seseorang. Salah satunya ialah terganggunya konsentrasi fikiran.


Dampak pacaran terhadap perspektif psikologi juga bisa menyebabkan terganggunya fikiran anak untuk berkonsentrasi dalam kegiatan apapun terutama dalam fokus belajar. Sebab fikiran mereka akan selalu terbayang bayang terhadap seseoarang yang ada dihatinya. 


Pacaran juga dapat mengganggu kesehatan mental terutama ketika terjadi suatu pertikaian atau permasalahan didalam sebuah hubungan. Mereka yang memiliki masalah didalam hubungan, biasanya akan rentan stress dan selalu kefikiran. Sebab ia merasa kehilangan seseorang yang dianggapnya selalu membuat hatinya bahagia. Padahal hakikatnya bahagia ialah tercipta dari diri sendiri bukan tercipta dari orang lain.


Akhir-akhir ini, banyak sekali kasus remaja yang disebabkan karena hubungan asmara. Mulai dari pelecehan seksual, kekerasan, hamil diluar nikah bahkan ada yang sampai rela bunuh diri. Awalnya seseorang memang mencari pasangan adalah untuk mencari kebahagiaan, menghilangkan kesepian dan juga mencari kenyamanan. Namun, karena setiap orang memiliki niat yang berbeda-beda maka timbulah sebuah kelainan didalam hubungan asmara. Kelainan didalam hubungan asmara sering juga disebut sebagai istilah pacaran yang tidak sehat.


Biasanya pasangan tersebut rela memberikan tubuh dan hatinya secara cuma cuma hanya untuk pasangannya. Menurut sebagian orang, kasus seperti ini sudah melanggar atau sudah melewati garis dari pengertian pacaran. Sebab mereka sudah melakukan hubungan diluar nikah.


Di dalam Islam kegiatan pacaran itu merupakan sesuatu yang diharamkan Allah. “Janganlah seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita yang tidak halal baginya karena sesungguhnya syaithan adalah orang ketiga di antara mereka berdua kecuali apabila bersama mahromnya” (H. R. Ahmad no. 15734).


“Tidak boleh antara laki-laki dan wanita berduaan kecuali disertai oleh muhrimnya, dan seorang wanita tidak boleh bepergian kecuali ditemani oleh muhramnya” (H. R. Muslim). Mengapa di dalam Islam pacaran termasuk sesuatu yang diharamkan ?


TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA LINTASATJEH.COM


Allah berfirman, yang artinya : “Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat” QS. An-Nuur [24]: 30.


Kemudian di ayat selanjutnya, yang artinya “Katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman Hendaklah mereka menundukkan pandangannya, dan kemaluannya” QS. An-Nuur [24] : 31.


Inilah alasan mengapa pacaran ini berupa kegiatan yang mendekati zina. Seperti melihat lawan jenis dengan pandangan yang tidak baik, bersentuhan dengan lawan jenis bahkan melakukan perbuatan yang hanya boleh dilakukan oleh pasangan suami-istri.


Berbagai pendapat mengatakan mahasiswa dan remaja yang tidak pernah pacaran, pacaran hanya membuang-buang waktu dan tenaga yang harusnya dipakai untuk fokus belajar, apabila tidak pacaran maka memiliki lebih banyak waktu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai hal yang positif dan mempunyai kebebasan dalam berteman dan mencari relasi dikarenakan saat kita pacaran, kita akan dihadapkan dengan tembok dan dinding yang dibangun oleh pacar kita.


Terutama oleh pacar yang posesif dan tidak ingin bergaul dengan lawan jenis, beda halnya dengan saat dengan tidak pacaran. Saat tidak pacaran, menurutnya bisa dengan bebas berteman dan membangun relasi sesuai dengan keinginannya tanpa dibatasi oleh pacar atau kekasih.


Kemudian menurut mahasiswa dan remaja yang setelah putus dengan pacar-nya berpendapat dia memiliki perasaan lega dan bebas dari tanggungan. Saat dia masih pacaran susah fokus terhadap cita-cita dan pelajaran. Ketika dia mengerjakan tugas susah fokus, juga adanya teman- teman yang menyindir hubungannya dengan pacar, selain itu apabila bertengkar dengan pacar-nya dia tetap memikirkan sampai melupakan hal-hal lain. Sehingga pada saat putus dia mengatakan menjadi bebas dan bisa lebih fokus ke cita-cita sendiri.


Serta mahasiswa dan remaja berpendapat bahwa salah satu pengaruh dari pacaran yaitu membuatnya terkadang lupa tugas karena sibuk memikirkan tentang pacar- nya, terkadang juga akan ada waktu di mana salah satu dari mereka “galau” karena terjadi konflik di dalam hubungan pacaran yang mengakibatkan dia lupa dengan segalanya seperti terkadang lupa sholat, lupa makan, dan bahkan juga melakukan hal-hal negative seperti mabuk-mabukan untuk menghilangkan perasaan galaunya. 


Namun dampak positifnya, jika salah satu dari mereka mengingat tugas maka akan saling menyemangati mengerjakan tugas. Dampak pacaran terhadap psikologi juga dapat memberi dampak positif. 


Dampak positif dari pacaran yaitu sebagai berikut. Pertama, dengan adanya pacar maka dapat saling memberi motivasi dan menyemangati sesama, juga dapat mengurangi stres, memberi rasa keamanan dan kenyamanan, selanjutnya pasangan juga bisa menjadi seseorang yang dipercaya dan mengungkapkan isi hati (Tridarmanto, 2017). 


Menurut Santrock (2010) hubungan pacaran memiliki beberapa peran. Pacaran dapat menjadi sebuah bentuk rekreasi, sebagai sumber status atau kesuksesan dan juga sebagai tempat untuk mempelajari hubungan dekat serta cara untuk mencari jodoh. Namun, pacaran juga datang dengan berbagai pengaruh lainnya seperti menyebabkan menurunnya prestasi belajar mahasiswa, membuat mudah hilang fokus, hamil pra-nikah juga bahkan menyebabkan kekerasan.


Menurut ilmu psikologi yang Bernama psychological well-being (kesejahteraan pskiologi) kesehatan pada fisik dan menunjukan hamparan kehidupaan yang Lebih lama.bKetika ada sebuah pasangan yang memiliki sebuah hubungan yang baik dapat memiliki sebuah tingkat psikologis yang tinggi (Viejo, et al., 2015).


Maka dapat di simpulkan bahwa sebuah pasangan yang memiliki hubungan yang baik akan memengaruhi konsentrasi yang baik, namun jika sebuah pasangan yang tidak memiliki hubungan yang tidak baik akan memengaruhi konsentrasi yang tidak baik pula. 


Dengan demikian, sebuah pemilihan dan proses dalam sebuah pasangan harus cermat dalam menghadapi hal- hal berikut karena setiap pergerakannya akan memengaruhi psikologis orang yang menjalani hubungan.


Tetapi pacaran tetap dilarang keras oleh Islam walaupun realitanya masih sangat banyak sekali remaja zaman sekarang yang tidak memperdulikan larangan pacaran. Cara anak muda mencegah pacaran khususnya saat menjalin pendidikan yakni selalu mengingat kepada Allah SWT, ingat akan dosa – dosa yang di berikan allah SWT, rajin beribadah, jika bisa ikut dalam pengajian pengajian yang ada di lingkungan sekitar.


Meskipun menjalin hubungan pada masa remaja dapat memberikan sedikit dampak positif, jika tidak ditangani dengan baik maka hubungan tersebut bisa menjadi sebuah hal yang merusak kehidupan baik di lingkungan keluarga maupun pendidikan. Maka dari itu, perlunya sikap tanggung jawab dan kesadaran dari diri sendiri serta dukungan dari keluarga sehingga kehidupan pada masa remaja dapat dijalankan dengan sebaik mungkin dan bisa mencegah hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.


Penulis: Wan Salsabila (Mahasiswa Psikologi Islam Fakultas FUAD IAIN Langsa)

Komentar

Tampilkan

Terkini