-->








SBY: Indonesia Harus Susul Jepang, Tiongkok dan India

25 April, 2015, 17.32 WIB Last Updated 2015-04-25T10:42:51Z
JAKARTA - Prof. Dr. Susilo Bambang Yudhoyono berbicara dalam diskusi publik bertema Revolusi Mental Sutan Takdir Alisjahbana Menuju Manusia Indonesia Progresif di Aula Universitas Nasional, Jakarta Selatan, Sabtu (25/4).

Dalam diskusi itu, Presiden keenam RI itu mengemukakan definisi revolusi mental. Kata dia, revolusi adalah perubahan fundamental, sering disertai pertumpahan darah, meski tidak selalu. Sementara pengertian mental adalah kesadaran atau persepsi.

"Revolusi mental adalah perubahan fundamental dan total atas alam pikiran seseorang dan masyarakat agar negara kita 10-20 tahun ke depan dapat menjadi negara yang maju dan sukses," terangnya.

Ketua Umum Partai Demokrat ini juga meminjam buah pikiran mantan Sutan Takdir Alisjahbana, yang menyebut revolusi mental membuat masyarakat berubah jadi lebih rasional. Selain itu, tidak tertutup dari budaya lain, tanpa menghilangkan budaya lokal.

Dia berharap agar Indonesia bisa menyusul negara-negara lain di Asia yang telah melewati proses revolusi mental. Negara-negara itu, yakni Jepang, Tiongkok, dan India.

"Ketika saya memimpin Indonesia selama 10 tahun, saya kerap katakan Indonesia punya visi besar. Sebelum abad 21 berakhir, kita harus tancapkan tonggak. Tahun 2045 kita harus kuat secara ekonomi, politik, juga peradaban harus kokoh. Kemudian pada 2030, Indonesia akan jadi emerging economy. Hal ini, sangat mungkin terjadi pada 15 tahun mendatang,"  demikian SBY yang hadir ditemani Ibu Ani Yudhoyono.

Hadir juga dalam diskusi tersebut, Menteri PAN-RB Prof. Dr. Yuddy Chrisnandi, S.E.,M.E., Prof. Dr. Taufik Abdullah, APU (LIPI), Prof. Dr. Sapardi Djoko Damono (UI), Tamalia Alisjahbana, S.H., LLM (cantab) (yayasan STA), Dr. Firdaus Syam Pagar Alam, M.A. (Sekolah Pascsarjana Universitas Nasional) dan dimoderatori oleh Dr. Alfan Alfian.

"Diskusi publik ini menjadi sangat relevan di tengah-tengah pruralisasi dan persoalan domestikasi bangsa, disorientasi nilai dan disharmonisasi sosial. Itu membutuhkan suatu pemikiran-pemikiran jenius dan brilian yang bisa menjawab persoalan ini. Pemikiran-pemikiran ini bisa kita dapatkan dari pemikiran Sutan Takdir Alisjahbana," ujar Dr. Firdaus Syam yang juga selaku Ketua Panita Diskusi Publik Revolusi Mental STA.

Pengamat politik yang juga dosen dan alumni Universitas Nasional, Dr. Alfan Alfian menambahkan STA sangat konsen dengan peningkatan kualitas SDM bangsa. STA, lanjutnya, mengajak untuk terus berpikir, menggali, dan mengambil nilai-nilai positif barat seperti intelektualitas dan gairah untuk mengejar materi tapi dalam arti yang positif. Kemudian nilai egoisme dalam arti memiliki semangat daya kompetisi yang tinggi diartikan bahwa nilai-nilai barat adalah nilai-nilai yang progresif yang mestinya secara positif dapat kita contoh.

"Kunci dari pemikiran STA adalah kita harus memiliki kesadaran hidup berbangsa, kemudian menumbuhkan suatu etos kebangsaan, menghargai intelektualitas dan mempunyai etos entrepreuner. Seperi yang dikatakan STA, kita harus membesarkan api kebangsaan kita, api Indonesia. Hanya dengan itu maka kita bisa tampil sebagai bangsa yang dapat bersaing dengan bangsa-bangsa lain," ungkap Alfian.[rmol]
Komentar

Tampilkan

Terkini