-->

ICIS: Penegakkan Hukum Insiden Tolikara Harus Adil

20 Juli, 2015, 08.47 WIB Last Updated 2015-07-20T01:48:18Z
IST
JAKARTA - Sekjen International Conference for Islamic Scholars (ICIS), KH Hasyim Muzadi, angkat bicara terkait peristiwa terbakarnya rumah ibadah di Distrik Karubaga, Tolikara, Papua, pada Jumat 17 Juli 2015. Menurutnya, penanganan insiden di Tolikara harus tegas dan cermat, karena jika salah dalam melihat substansi persoalan, permasalahan serupa sangat mungkin terulang kembali.

Kemudian, agar hubungan antar umat beragama di Indonesia kembali harmonis, ia mengimbau masing-masing pihak introspeksi diri dan bisa saling memaafkan serta mendorong penegakan hukum. “Oknum-oknum penyerang harus meminta maaf secara terbuka kepada kaum muslimin di Indonesia. Kemudian, pemerintah harus bertindak tegas terhadap para pelaku penyerangan,”

Ia menjelaskan, diberlakukannya proses hukum terhadap para pelaku bukan karena persoalan tendensi antar-agama. Tetapi karena di momentum inilah kedaulatan negara diuji untuk mampu melindungi segenap warganya. “Saatnya sekarang negara bertindak adil, bukan karena agamanya namun karena hal tersebut merupakan pelanggaran hukum Indonesia,” terangnya.

Ke depan, kerukunan lintas umat agama harus digalakkan lagi dan dikembalikan ke dalam jalur modernisasi, bukan liberalisasi. Karena saat ini, agama masih digunakan untuk kepentingan lain yang tujuannya merusak moral bangsa Indonesia.

Selain itu, sambungnya, peristiwa di Tolikara menjadi momentum bagi masyarakat barat atau Eropa untuk menata kembali visi pandangannya terhadap agama-agama di Indonesia, termasuk Islam.

Karena jika selama ini mereka melihat sentral kekacauan hanya bersumber dari penganut Islam, maka peristiwa tersebut menjadi cermin bagi konsep freedom of speech, freedom of religion, dan fredom of expression yang sebelumnya selalu digaungkan berbalik kepada mereka.

“Di hari pertama Bulan Ramadan pada 18 juni 2015 pukul 09.00 am waktu Den Haag, Greet Wilders ( ketua partai kebebasan) mengumunkan kartun Nabi Muhammad di Den Haag dan di hari pertama Idul Fitri, jamaah kaum muslimin diserang di Papua,” jelasnya.

Meskipun demikian, kaum muslimin di Indonesia harus selalu kritis dan berhati-hati dalam menilai sebuah peristiwa. Tidak boleh emosi, karena emosi itulah yang ditunggu tunggu pihak islamo phobia agar langkah kaum muslimin menjadi tak terkendali. Sehingga penilaian buruk akan mudah diselipkan pada Agama Islam.

“Bersamaan dengan itu kami mengimbau agar teman-teman sebangsa dan setanah air tidak melaporkan hal-hal negatif di dalam negeri kepada pihak asing atas dasar sedikit "imbalan", karena hal tersebut berakibat pada buruknya citra martabat bangsa. Lebih baik duduk bersama menyelesaikan segala masalah di dalam negeri sendiri karena lebih terhormat dan lebih nasionalis,” pungkasnya.[Okezone]
Komentar

Tampilkan

Terkini