-->




Sepenggal Kisah Cek Muli, Mantan Kombatan Asal Nisam

02 September, 2015, 21.07 WIB Last Updated 2015-09-02T17:56:37Z
Inilah cerita kehidupan seorang mantan kombatan yang sudah berkeluarga dengan empat orang anak yang masih sekolah, dan dulunya aktif dalam perjuangan GAM dimasa konflik hingga hari ini juga aktif dalam kepengurusan Partai Aceh di Kecamatan Nisam. 

Kebetulan saja saat ditemui Cek Muli bersiap-siap pulang karena pekerjaannya sudah usai, makanya sore ini bisa mengobrol lebih lama sambil mendengar cerita kehidupannya, baik cerita di masa konflik dan pasca konflik.

Mengawali kisahnya, Cek Muli menceritakan musibah kecil yang dialami beberapa waktu lalu, ketika dapur rumahnya terbakar akibat konsletting listrik hingga tidak menyisakan satu kualipun untuk memasak. Kemudian anaknya yang nomor dua bernama Khairul yang sudah duduk di bangku kelas 1 SMP, terkena peluru nyasar dari senapan angin di kakinya hingga harus di operasi di RSU Cut Mutia Buket Rata. 

Namun, itu merupakan cobaan dari Allah dan pasti akan ada hikmahnya dibalik musibah itu. Cek Muli kemudian melanjutkan ceritanya, kalau dirinya sudah enam tahun bergabung dalam kepengurusan PA di Nisam dan tidak pernah sepeserpun dirinya menuntut gaji.

"KARENA PARTAI ACEH MASIH KAMI ANGGAP SEBAGAI PARTAI PERJUANGAN."

Ungkapan ini tulus disampaikan Cek Muli, panggilan akrab Ramli Harun saat ditemui di kebun kates miliknya di Gampong Binjee, Nisam Aceh Utara.

Cek Muli aktif dalam kepengurusan Partai Aceh sebagai Bendahara PA Nisam, makanya sangat faham dengan kondisi Aceh hari ini. Meski hidup sederhana, Cek Muli tidak mengharap lebih dari anggota DPRA yang sudah didukungnya dulu, tapi hanya berharap supaya para anggota dewan bisa menepati janji-janji politik semasa kampanye dulu, biar rakyat aman di lapangan.

Kebetulan Cek Muli menjadi tim garis depan setiap pemilu di Aceh, baik pilkada atau pileg, makanya banyak warga yang datang menjumpai Cek Muli. Sedangkan Cek Muli sendiri tidak begitu berharap adanya bantuan dari DPRA atau DPRK, setiap selesai pesta demokrasi.

Pokoknya sedih rasanya bila kita sebagai teman terkesan dilupakan saat mereka sudah duduk di puncak keberhasilan, sedangkan dulunya sama-sama berjuang untuk kepentingan Aceh.

Meski demikian, warga di Nisam sangat dekat dengan mantan kombatan yang satu ini, karena orangnya yang ramah dan baik hati. Pasca damai tahun 2005 dulu, Cek Muli langsung berbaur dengan masyarakat dan membantu masyarakat di Nisam setiap ada masalah antar warga. Tanpa ragu, Cek Muli terjun langsung ke TKP untuk mendamaikan warga yang berselisih paham, Cek Muli juga sering menghadap Bupati Aceh Utara atau DPRK jika ada keperluan umum untuk warga Nisam, tapi Cek Muli jarang sekali menceritakan tentang nasibnya pada teman-temannya yang sudah menjadi pejabat di kabupaten maupun di Banda Aceh.

Untuk itu usai pesta rakyat, Cek Muli biasanyaa tidak mau menunggu untuk bersantai-santai namun langsung kembali ke profesi sebagai petani biasa, ambil cangkul dan parang terus bekerja seperti biasanya, mencari bibit kates atau cabe dan membersihkan kebun.

Hal itu dilakukan untuk menutupi kebutuhan keluarganya, Cek Muli bercocok tanam di lahan milik warga sekitar dengan menanam kates madu dan cabe, tebu juga ada.  Yang jelas penghasilan Cek Muli per minggu cukup untuk membiayai empat orang anaknya yang masih sekolah dan untuk belanja dapur.

Meski tidak memiliki lahan untuk berkebun, tapi Cek Muli selama ini tidak menyewa tanah, namun diberi hak pakai oleh pemilik tanah. Cek Muli sedikit berkelakar, andai saja ada teman-teman di Banda ada yang mau membantu pupuk buat tanamannya, tentu buahnya akan lebih banyak lagi. Tapi meski tanpa pupuk pun buahnya sudah lumayan, karena tanah disini subur, warna tanahnya hitam.

Harapan Cek Muli, untuk kedepan supaya mantan kombatan yang benar-benar mau bekerja harus diberi perhatian secara khusus, demi menyelamatkan perdamaian Aceh. Yang sudah serius bekerja, berdagang atau bertani agar dapat dibantu modal usaha.

Namun pejabat daerah harus meminta data kepada Geuchik Gampong, baru diberikan bantuan, karena selama ini menurut Cek Muli bantuan selalu salah sasaran. Orang yang mau bekerja sebagai petani selama ini tidak mendapat bantuan, baik itu berupa bibit atau pupuk, semoga kedepan para pengambil kebijakan lebih teliti lagi dalam memberi bantuan, lebih-lebih bantuan itu untuk anak yatim atau mantan kombatan. Sebaiknya datang langsung ke lapangan sekalian memberikan bantuan.

Inilah sepenggal cerita singkat tentang kehidupan mantan kombatan yang disegani oleh warga Nisam dengan segala kerendahan hatinya, semoga para stake holder bisa memahami kondisi rakyat dan eks kombatan di lapangan. Ini bukan cerita rekayasa, tapi ini fakta di lapangan.

Penulis: Imran Nisam (Seorang Mantan Kombatan Asal Aceh Utara)
Komentar

Tampilkan

Terkini