![]() |
| Sekjen Humanika, Sya'roni. Foto: IST |
JAKARTA - Dorongan sebagian publik untuk diadakan kocok ulang
pimpinan DPR setelah terkuaknya skandal permintaan saham kepada PT Freeport
Indonesia patut ditelaah secara seksama. Pasalnya bila dilakukan kocok ulang
maka posisi seluruh unsur pimpinan bisa berubah total.
Demikian
dikatakan Sekretaris Jendral Himpunan Masyarakat Untuk Kemanusiaan dan Keadilan
(Humanika), Sya'roni, kepada lintasatjeh.com, Jum'at (20/11/2015).
Padahal,
Sya'roni melanjutkan, saat ini yang menjadi sorotan hanyalah Setya Novanto
selaku Ketua DPR yang diduga mencatut nama presiden dan wakil presiden untuk
meminta saham kepada PT Freeport Indonesia. Itupun sifatnya baru sekedar
dugaan, belum memasuki ranah hukum.
Bila
dilakukan kocok ulang, akibatnya tidak hanya posisi Ketua DPR saja yang
berubah. Konfigurasi empat wakil pimpinan juga pasti berubah. Ini tentu dalam
perspektif empat unsur pimpinan lainnya tidak memenuhi unsur keadilan.
Padahal,
bila patokannya hanya laporan ke MKD yang dijadikan dasar kocok ulang, maka
posisi pimpinan MPR juga harusnya dikocok ulang juga. Karena Ketua MPR Zulkifli
Hasan juga dilaporkan ke MKD oleh sejumlah aktivis atas kasus pidato di hadapan
pengusaha China.
Ketua
MPR Zulkifli Hasan dianggap melanggar etika karena berupaya menarik investor
asing yang mana tugas tersebut menjadi wewenang eksekutif. Yang Kedua, dalam
usaha menarik investor, Zulkifli Hasan menyatakan akan menggelar karpet merah
kepada pengusaha China.
"Kata-kata
ini dianggap merendahkan bangsa Indonesia," ujarnya.
Bila
hanya berdasarkan laporan ke MKD, kemudian mencuat semangat untuk kocok ulang
pimpinan DPR, maka semangat yang sama semestinya juga diberlakukan untuk
pimpinan MPR juga.[pin]

