-->








Penetapan 5 November Sebagai Hari Tsunami Merusak Sejarah

29 November, 2015, 20.22 WIB Last Updated 2015-11-29T13:25:13Z
LHOKSUKON - Dukungan Pemerintah Aceh untuk menjadikan tanggal 5 November sebagai Hari Tsunami Internasional menuai kecaman dari elemen sipil.

"Kebijakan Pemerintah Aceh tersebut adalah sebuah kekeliruan, sikap gubernur adalah sikap pembodohan dan penipuan sejarah," demikian kata Anggota Bidang Kajian dan Analisis DPW Pusat Kajian Analisis dan Advokasi Rakyat (PAKAR) Aceh Utara, Ananda Gebrina Rizki S.Pd, Minggu (29/11/2015).

Bagaimana tidak, lanjut  Ananda, nantinya para generasi di masa yang akan datang tentu berpikir tanggal tersebut adalah tanggal dimana terjadinya gempa dan tsunami. Padahal faktanya adalah tanggal terjadi tsunami adalah tanggal 26 Desember 2004.

"Ini jelas sebuah kekeliruan nyata," tukas Ananda.

Ananda menambahkan, tidak ada masalah dengan penetapan 26 Desember sebagai hari tsunami dunia karena sejarah juga mencatat bahwa tsunami terbesar dan terbanyak memakan korban jiwa adalah tsunami di Aceh dan dalam hal ini maka sangat tepat kiranya jika tanggal 26 Desember ditetapkan sebagai hari tsunami dunia.

Dikhawatirkan nanti jika Pemerintah Aceh tetap mendukung penetapan tanggal 5 November sebagai hari tsunami dunia maka akan timbul gejolak di kemudian hari karena ini berkaitan dengan sejarah musibah yang memakan korban besar dan juga menyimpan luka dan pilu dihati rakyat Aceh.

"Pemerintah Aceh jangan terlalu murahan dalam hal bernegosiasi baik nasional maupun internasional, yang cuma hanya bisa mengatakan setuju karena kita memiliki hak komplain bila bertentangan dengan hati nurani kita," pungkasnya.[pin]
Komentar

Tampilkan

Terkini