-->

Mantan KASAL Turun Gunung, Masihkah Bakamla Kuasai Gedung PKRI?

18 Agustus, 2016, 15.19 WIB Last Updated 2016-08-18T08:19:30Z

IST
JAKARTA - Prihatin dengan kondisi tersebut, beberapa tokoh nasional terpaksa turun gunung untuk mencoba menyelamatkan Gedung PKRI agar tidak berlarut-larut dan membahayakan keselamatan bangsa. Selain itu, kepedulian para tokoh nasional itu adalah untuk menyelamatkan Gedung PKRI sebagai monumen penting NKRI yang telah dilahirkan oleh para pendiri bangsa, yang tidak lain adalah para Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia (PKRI) yang sejak tahun 1953 melembaga menjadi Lembaga Negara PKRI, dari kerusakan dan penghancuran akibat kebijakan yang salah dari oknum-oknum pejabat di pemerintahan Jokowi-JK saat ini.

Para Tokoh Nasional yang turun gunung itu tidak tanggung-tanggung. Yang pertama adalah Laksamana TNI (Purn) Slamet Soebijanto, mantan Kepala Staf TNI Angkatan Laut yang menjabat dari 18 Februari 2005 hingga 7 November 2007. Tokoh yang menjabat sebagai Wagub Lemhannas dari tahun 2003 itu merasa prihatin dengan kondisi Gedung PKRI yang dirongrong oleh oknum Bakamla. Pada kesempatan mengunjungi Gedung PKRI dan bertemu para sesepuh PKRI dan Ketua Lembaga Negara PKRI, Slamet Soebijanto menyatakan bahwa dirinya sepakat agar Gedung PKRI dijaga kesakralannya sebagai monumen penting nasional, dan tidak boleh ditempati institusi pemerintah seperti Bakamla untuk digunakan sebagai kantor.

“Gedung PKRI adalah bagian dari sejarah bangsa dan NKRI yang sangat penting dan monumental, harus dijaga kesakralannya, jangan dikelola secara sembrono, yang berpotensi menghilangkan jejak sejarah dari Gedung PKRI sebagai salah satu tempat melahirkan bangsa Indonesia yang merdeka dan NKRI,” ujar lulusan AAL tahun 1973 itu.

Bakamla itu, lanjut Slamet Soebijanto, sudah diberikan kantor di Jl. Sutomo No. 11 Jakarta Pusat. “Bakamla semestinya memanfaatkan semaksimal mungkin kantornya yang saya berikan di Jl. Dr. Sutomo, Jakarta Pusat. Kalaupun belum cukup, perlu mencari gedung baru untuk tambahan kantor, tapi bukan di Gedung PKRI ini. Kalau perlu, usulkan saja pembangunan gedung baru Bakamla, tunggulah hingga terbangun gedung barunya, jangan main serobot gedung milik pihak lain,” imbuh Slamet yang pernah mengenyam pendidikan di Belanda dan Yugoslavia itu.

Pada saat berkunjung Senin, 15 Agustus 2016 lalu, mantan Kasal ini sempat mewawancarai oknum petugas provost Bakamla yang berjaga di salah satu ruangan yang sudah sempat mereka tempati sebagai pos jaga. Dari hasil percakapan sang Jenderal dengan petugas itu didapat keterangan bahwa yang bersangkutan adalah anggota satuan TNI-AL dari unit Komando Lintas Laut Militer (Kolinlamil) Jakarta. Dia dan beberapa temannya ditugaskan untuk menjaga karena sebentar lagi Bakamla akan menempati Gedung PKRI itu.

Slamet Soebijanto kemudian menjelaskan kepada sang provost bahwa gedung itu adalah milik para Perintis Kemerdekaan Republik Indonesia yang dikelola oleh Lembaga Negara PKRI. “Ini gedung milik para perintis kemerdekaan, kita harus menghormati dan menghargai para perintis kemerdekaan yang sudah berjuang jiwa dan raganya sehingga kita saat ini bisa menikmati kondisi seperti sekarang ini, tidak hidup di bawah pemerintahan bangsa lain,” ujar sang Jenderal kepada juniornya itu.

Tidak hanya itu, Slamet Soebijanto yang lahir pada tahun 1951 di Mojokerto, Jawa Timur itu juga langsung menelpon beberapa petinggi TNI-AL, antara lain Danpuspomal, Dispamal, dan lain-lain. Pembicaraan sang Jenderal didengarkan bersama para sesepuh PKRI dan Prof. Irwannur di ruang pertemuan. Slamet Soebijanto meminta kepada jajaran TNI-AL untuk membantu menyelesaikan persoalan yang dihadapi Bakamla, termasuk mendesak agar Kepala Bakamla Arie Soedewo mencari tempat alternatif lain sebagai kantor Bakamla.

“Gedung ini milik para Perintis Kemerdekaan, ada penghuninya di sini, bukan gedung kosong. Lagipula ini gedung bersejarah, kurang pas untuk menjadi kantor instansi seperti Bakamla. Bantulah dek, agar Arie Soedewo mencari tempat kantor lain ya. Malu kita nanti jika masalah ini sampai tersebar di medsos, dapat menurunkan citra TNI Angkatan Laut, iya kan. Saya menelpon Anda ini karena sangat urgen, saya peduli dengan satuan kita Angkatan Laut ya,” kata Slamet menasehati yang dijawab ‘siap!’ oleh juniornya di seberang telepon sana.[KOPI]
Komentar

Tampilkan

Terkini