-->








Black Lives Matter di Ujung Timur Indonesia

14 Juni, 2020, 22.50 WIB Last Updated 2020-06-14T15:51:36Z
Bermain bersama anak-anak Distrik Kebar Kabupaten Tambraw, Papua Barat
RASISME bukan hal yang asing lagi bagi kita, karena hal tersebut sudah sering kita dengar bahkan sering terjadi di lingkungan kita. Namun hal ini seolah tidak terjadi lagi di negeri bagian timur Papua, sebab hal ini selalu ditutup-tutupi oleh segelintir orang yang masih berpihak pada ketidakadilan, tapi nyatanya sampai detik ini mereka masih merasakan hal itu.

Rasisme sendiri menurut Pramoedya  Ananta Toer adalah pemahaman yang menolak sesuatu ideologi yang mendasarkan diri pada diskriminasi terhadap seseorang atau sekelompok orang karena ras mereka bahkan ini menjadi doktrin politisi. Adapun yang menjadi penyebab rasisme itu antara lain sosialisasi dalam keluarga, keputusan kebijakan pemerintah, budaya serta adat istiadat, kesenjangan ekonomi, serta kesenjangan sarana dan prasarana.

Akhir-akhir ini kita dihebohkan dengan kejadian kematian George Floyd seorang warga Amerika Serikat keturunan Afrika yang diakibatkan oleh seorang polisi Minnesota berkulit putih yang menekan leher George dengan lututnya. Namun tanpa sadar di negeri kita sendiri hal serupa sering terjadi yang mungkin kita sendiri tak menyadarinya atau mungkin kita sadar, namun kita acuh dan tak peduli terhadap saudara kita yang berada di Papua.

Tujuan  mengaitkan dua hal di atas bukan untuk memanasi situasi perpolitikan Indonesia, kasus rasisme di AS dan di Papua sudah jelas berbeda, rasisme yang terjadi di Amerika  terjadi karena perbudakan yang terjadi terhadap ras kulit hitam sedangkan di Papua terjadinya karena perbedaan warna kulit dan karena kondisi sosial ekonomi mereka yang berada di bawah kaum mayoritas yang memang telah ada sejak zaman kolonial.

Ketika isu black lives matter menjadi topik yang sedang hangat dibicarakan banyak orang, maka tak heran ketika banyak orang yang menyamakan kasus ini dengan kejadian rasisme di Papua. Namun disini kita hanya untuk melihat seberapa pedulinya kita terhadap kasus rasis yang terjadi pada saudara kita sendiri, seberapa pedulinya negara menanggapi hal ini, dan yang paling penting dimana letak “keadilan  bagi seluruh rakyat Indnesia” yang secara tegas sudah tertera dalam sila ke lima itu???

Ada banyak faktor yang menjadi penyebab terjadinya rasisme di Papua dan yang paling menonjol adalah kebijakan pemerintah yang terlalu lunak dalam menyelesaikan tindakan rasisme di Papua. Kemudian dalam hal pengambilan keputusan di tanah Papua tidak semua masyarakat dilibatkan, hanya sebagian kecil masyarakat papua yang dilibatkan.

Akar permasalahan lain adalah terletak pada kebijakan pemerintah papua itu sendiri yang yang tidak berpihak terhadap masyarakat papua. Seperti halnya lembaga MRP (Majelis Rakyat Papua), lembaga ini dibentuk berdasakan amanah otsus papua pada tahun 2001  namun dalam prakteknya, lembaga ini tidak bisa berbuat banyak karna masih ada campur tangan dari Pemerintah Pusat. 

Dan puncaknya iyalah ketika mahasiswa Papua yang berada di Surabaya mendapatkan perlakukan tidak wajar dari aparat keamanan, hal ini dikarenakan kesalahpahaman antar aparat dan mahasiswa Papua yang diakibatkan oleh Bendera Merah Putih yang jatuh ke tanah yang pada saat itu menjelang beberapa hari perayaan kemerdekaan. 

Aparat menganggap mahasiswa Papua telah melecehkan bendera tersebut, aparat menyerbu asrama, memaksa masuk ke dalam asrama, meneriaki mereka rasis, memaksa mahasiswa untuk keluar dari asrama, menyemprotkan gas air mata, hingga menangkap sebanyak 43 mahasiswa Papua tersebut.

Kekerasan yang terus-menerus terjadi dan mereka di tuntut untuk diam, hal inilah yang menjadi dasar permasalahan ini tidak pernah selesai, masyarakat Papua dipaksa untuk diam dengan mengatasnamakan kebersamaan, kedaulatan dan keamanana negara ini.

Sudah saatnya negara mengambil peran terhadap isu rasisme ini, hal ini bukan hal yang remeh, dunia saja masih belum bisa meredam kasus ini. Lalu bagaimana dengan negara kita yang masih sangat acuh terhadap isu rasisme ini? Jangan sampai nanti kita semakin terpecah akibat dari kurangnya perhatian pemerintah terhadap mereka yang membuat mereka merasa bahwa keberadaan mereka diabaikan saat ini.

Begitupun masyarakat, jangan pernah menganggap diri kita yang paling benar, dan menganggap mereka berbeda dengan kita, terlebih kita hidup di negara Indonesia yang katanya tingkat demokrasinya sangat tinggi, lalu apakah hanya dengan perbedaan ras dan warna kulit itu kita bisa menganggap diri kita lebih dari mereka???

Rasulullah adalah tokoh yang pertama kali yang mengahpuskan rasis itu, ingatkah kita bahwa Rasulullah pernah mengangkat orang berkulit hitam yang dijadikanya sebagai muadzin pertama yang bersuara merdu itu, ya beliau adalah billal bin Rabbah, seharusnya kita bisa berkaca pada hal itu, rasulullah saja seorang pemimpin bisa menghormati perbedaan itu, namun siapa kita yang bisa dengan seenaknya memperlakukan orang lain yang berbeda dengan kita sesuka hati kita???

Penulis: Sinta Putri Meliani (Mahasiswa Prodi Hukum Tata Negara UIN Ar-Raniry Banda Aceh)
Komentar

Tampilkan

Terkini