-->








“New Normal” Kebutuhan atau Keselamatan

05 Juli, 2020, 11.46 WIB Last Updated 2020-07-05T04:47:32Z
Sampai saat ini pandemi belum juga berakhir, jangankan berakhir untuk berkurangnya kasus positif saja indonesia belum mampu apalagi untuk menghabiskan seluruh kasus Corona yang masih melanda negara kita. Sebenarnya pertambahan ini juga membingungkan kita, ini salah masyarakat yang masih berkeliaran di luar rumah untuk mencari rezeki atau masyarakat sendiri yang masih kurang mengerti akan pentingnya menjaga diri dari virus yang mematikan ini. Atau mungkin ini ada kaitannya dengan pemerintah yang masih kurang peduli dengan ekonomi masyarakat yang semakin buruk sehingga harus keluar rumah? Jawabannya hanya kita yang tahu, karena kita yang menjadi ancaman dari masalah ini.

Namun akhir-akhir ini pemerintah mengeluarkan kebijakan dengan sebutan New Normal (tatanan kehidupan yang baru). New normal adalah skenario untuk mempercepat penanganan Covid-19 dalam aspek kesehatan dan sosial ekonomi. Pemerintah Indonesia telah mengumumkan rencana untuk mengimplementasikan skenario new normal dengan mempertimbangkan studi epidemiologis dan kesiapan regional.

Kebijakan ini juga turut mengkawatirkan kita, karena dengan pertambahan kasus yang sudah mencapai 62.142 kasus positif Covid-19 di Indonesia. Dengan kasus sebanyak itu,  bagaimana bisa kita hidup dalam keadaan normal kembali walau sekalipun dengan protokol kesehatan, kenapa? karena masyarakat indonesia menganggap bahwa New Normal bahwa kehidupan normal bagaimana biasanya dan tidak sedikit masyarakat menghiraukan protokol kesahatan.

Berangkat dari hal tersebut, dilansir dari merdeka.com, 25 mei 2020, Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Dr. Hermawan saputra mengkritik kebijakan tersebut, menurutnya belum saatnya kebijakan itu diluncurkan karena temuan kasus baru terus meningkat dari hari ke hari.

Kabar pemberlakuan New normal banyak yang antusias dalam menyambutnya seperti para pelaku usaha, baik skala kecil menengah hingga atas, serta pusat perbelanjaan hingga tempat-tempat wisata dengan mempersiapkan protokol kesehatan yang dianggap lengkap untuk menjalani aktivitas dalam keadaan new normal. 

Hal ini juga dirasakan oleh masyarakat secara luas untuk mencari pundi-pundi uang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. New normal memang menjadi kabar gembira bagi sebagian orang, namun tidak bagi tenaga kesehatan khususnya yang menangani pasien Covid-19 yang semakin hari semakin bertambah. Rekan-rekan tenaga medis tidak sedikit yang gugur dalam tugas mulianya dan yang masih bertahan harus berpisah dengan keluarganya. 

Sebagai garda terdepan tenaga medis banyak yang kecewa terhadap kebijakan tersebut, karena akan semakin banyak orang beraktivitas seperti biasa, akan banyak orang yang berinteraksi, dan resiko penularan virus ini bisa dikatakan semakin besar walaupun dengan protokol kesehatan yang diterapkan.

Kebijakan new normal ini bisa dianggap sebagai kebutuhan masyarakat karena dapat membantu pemerintah dalam masalah perekonomian yang semakin memburuk tapi tidak bisa dipungkiri juga new normal ini justru menambah resiko penularan Covid-19 di Indonesia.

Penulis: Masmi (Mahasiswi Hukum Tata Negara, Fakultas Syariah Dan Hukum, UIN Ar-Raniry Banda Aceh).

Komentar

Tampilkan

Terkini