-->

Nabi Muhammad SAW dan Kepemimpinan Futuristik

14 Januari, 2021, 17.27 WIB Last Updated 2021-01-14T10:27:29Z

PADA PRINSIPNYA kita manusia diciptakan oleh Tuhan dengan tujuan yang paling mendasar yakni sebagai makhluk sosial, sebagai hamba, dan juga sebagai khalifah atau pemimpin. Tujuan diciptakannya manusia ini sekaligus menjadi tugas dan kewajiban kita, sebagai makhluk sosial artinya harus ada hubungan dan interaksi antara sesama manusia yang dibangun, sebagai hamba artinya selalu tunduk dan patuh terhadap Tuhan sang pencipta, sebagai khalifah artinya manusia itu harus menjadi pemimpin di muka bumi diantara makhluk Tuhan yang lain.

Penjelasan manusia diciptakan sebagai khalifah ini secara jelas bisa kita lihat pada Q.S. Al-Baqarah: 30, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: “sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi. “mereka berkata:” Mengapa engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akn membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami enantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?”  Tuhan berfirman: ”sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.


Saiful Falah katakan “Gelar khalifah yang diberikan Tuhan kepada manusia merupakan sebuah pertanda nyata tentang pentingnya jiwa kepemimpinan dalam diri manusia”. Pemimpin adalah seseorang yang memimpin orang banyak. Sedangkan Kepemimpinan adalah merupakan pesona pribadi dalam rangka mempengaruhi orang lain, baik perorangan maupun kelompok untuk mencapai tujuan. (Saiful Falah, 2012: 17). Futuristik adalah berbicara tentang masa depan. Kemimpinan futuristik adalah upaya seorang pemimpin untuk mencapai tujuan masa depan. Masa depan untuk umat, bangsa dan negara.


Membahas tentang Nabi Muhammad SAW dan perjalanan hidup beliau akan sangat panjang ceritanya, namun yang jelas Nabi Muhammad SAW yang merupakan nabi akhir zaman ini adalah seorang pemimpin yang wajib dijadikan tauladan pemimpin saat ini, mulai dari perkataan dan tindakannya serta sikap dan sifatnya yang hanya mengandung kebaikan, kebaikan dan kebaikan adalah contoh bagaimana menjadi pemimpin masa depan. Hal ini sejalan dengan Q.S. Al-Azhab : 21, “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasullulah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang mengaharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.


Sebagai seorang pemimpin, Nabi Muhammad SAW mempunyai beberapa sifat yang sangat ideal yang mestinya semua pemimpin terapkan dalam menjalan tugas kepemimpinannya, yaitu: Shidiq (jujur), Amanah (terpercaya), Tabligh (komunikatif) dan Fathanah (cerdas). Shidiq artinya jujur dalam perkataan dan perbuatan, amanah artinya dapat dipercaya dalam menjaga tanggung jawab, tabligh artinya menyampaikan segala macam kebaikan kepada rakyatnya, dan fathanah artinya cerdas dalam mengelola masyarakat. Inilah sifat Nabi Muhammad SAW yang selalu beliau terapkan dalam kehidupan sehari-harinya.


Sejarah harus kemudian mengakui kualitas dari seorang Muhammad saw sebagai pemimpin umat islam yang sudah berhasil mengantarkan islam pada masa kejayaannya dan beliau pantas dijadikan panutan bukan hanya untuk umat islam saja tapi untuk seluruh umat karena beliau hadir tanpa ada sedikitpun kekurangan sebagai seorang manusia biasa. Sehingga refleksi panjangpun harus dilakukan demi melawan lupa itu sendiri. Kita tidak boleh lupa kalau Muhammad SAW berkat keberanian dan kecerdasannya sebagai pemimpin umat mampu membawa umatnya pada saat itu keluar dari zaman yang jahiliah menuju zaman pencerahan.


Jadi, sangat wajar kalau seorang Michael H. Hart seorang sejarahwan dan ilmuwan AstroFisika asal Amerika Serikat yang beragama non-Islam menerbitkan buku yang diberi judul The 100: A Ranking of the Most Influential Persons in History (100 tokoh paling berpengaruh dalam sejarah dunia) menempatkan Muhammad SAW pada peringkat satu dan penempatan itu bukan tanpa alasan, tentu penulis mempunyai alasan.


Michael H. Hart berpendapat bahwa Muhammad SAW adalah satu-satunya pemimpin agama yang tidak hanya menjadi panutan dalam hal agama namun juga merupakan pemimpin negara, militer, meletakkan dasar ekonomi dan budaya. Walaupun penempatan Muhammad saw pada peringkat pertama oleh Hart dalam buku ini masih banyak menuai pro dan kontra, namun itulah alasan yang paling rasional.


Penulis: Irfandi Anwar (Mahasiswa Teknik Elektro Universitas Malikussaleh)

Komentar

Tampilkan

Terkini