![]() |
IST |
JAKARTA - PT Bakrie Sumatera Plantations Tbk (UNSP) mencatatkan rugi
bersih sebesar Rp 514,569 miliar di sepanjang tahun 2015. Rugi ini menyusut
17,5% dari tahun sebelumnya sebesar Rp 623,581 miliar.
Demikian disampaikan perseroan dalam keterbukaan
informasinya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), Rabu (30/3/2016).
Perseroan membukukan nilai penjualan sebesar Rp 2,021
triliun disepanjang tahun 2015 atau merosot 23,33% dibandingkan tahun
sebelumnya sebesar Rp 2,636 triliun.
Penjualan tersebut berasal dari komoditas sawit dengan nilai
penjualan Rp 1,5 triliun dan komoditas karet Rp 0,5 triliun.
Produksi inti dua komoditas itu tetap stabil di tengah
pelemahan harga komoditas di pasar global, diskon harga domestik CPO (Crude Palm
Oil) akibat kebijakan pungutan CPO Fund US$ 50 per ton untuk mendukung program
biodiesel, dan El-Nino yaitu kondisi cuaca ekstrim udara kering dan kurangnya
curah hujan yang menyebabkan kemarau panjang dan kekeringan.
"Perseroan mengikuti protokol RSPO (Roundtable on
Sustainable Palm Oil) and ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) yang
menjunjung tinggi prinsip ramah lingkungan dan keberlanjutan. Kita mempunyai
kebijakan 'zero-burning' (tanpa membakar) dalam melakukan kegiatan perkebunan
khususnya aktifitas land clearing sehingga tidak ada kebakaran lahan yang
berasal dari kebun Bakrie," ujar Direktur Investor Relations UNSP, Andi W.
Setianto.
Menurut Andi, pada tahun 2014 lalu, nilai penjualan UNSP
masih tumbuh 27%. Jika dilihat, harga komoditas sawit utama yaitu CPO masih
dalam tren penurunan harga yang berlangsung sejak tahun 2011 hingga ke level
terendah bulanan US$ 480 per ton.
FOB Malaysia di sepanjang 2015 dibandingkan harga di
sepanjang 2014 yang level terendahnya saat itu tercatat US$ 620 per ton. Data
pasar menunjukkan harga CPO pernah mencapai level tertinggi US$ 1.200 per ton
di awal 2011.
"Kami bekerja keras mengatasi kondisi air di kebun
akibat kemarau panjang tahun lalu dengan sebaik-baiknya dan berhasil
mempertahankan produksi kebun inti sawit dan karet. Optimalisasi produktivitas
pabrik, juga dilakukan dengan pembelian sawit dan karet dari petani yang tidak
memiliki pabrik sekaligus membantu kesejahteraan mereka," paparnya.
Lebih lanjut, Andi menyebutkan, kondisi El-Nino di tahun
2015 dan program biodiesel domestik menyebabkan berkurangnya pasokan sawit
dunia untuk tahun 2016, dan kondisi itu menjadi katalis perbaikan harga CPO
yang mulai terlihat di kuartal I-2016. [Detik]