-->

Dampak Pelarangan RM. Babi Panggang Karo, Ribuan Warga Karo Siap Turun ke Medan

26 Juli, 2016, 20.16 WIB Last Updated 2016-07-26T13:17:11Z
IST
MEDAN - Kasus Babi Panggang Karo (BPK) yang baru-baru ini dilarang perizinan rumah makannya menjadi konflik yang belum terselesaikan. Larangan tersebut tentu saja membuat para penganut kristiani terutama warga Karo (Batak) terus bertanya apa yang salah dengan gaya kehidupan mereka yang memang sudah lama berjalan.

Paham Sebayang , yang merupakan Ketua DPP Pemuda Merga Silima (PMS) Sumut mengatakan jika kasus ini akan diselesaikan secara kekeluargaan. Namun Simsu Bukit berbicara lain, jika mereka siap mengerahkan warga suku Karo yang mencapai puluhan ribu untuk turun ke jalan dan menentang keras kebijakan tersebut.

“Jangan hanya akibat ulah segelintir ormas dan antek-anteknya, izin RM BPK Tesalonika dicabut. Apabila RM BPK Tesalonika ditutup secara sepihak, kita dan puluhan ribu anggota siap turun ke Kabupaten Deli Serdang untuk menuntaskan masalahnya,” kata Paham kepada Sora Sirulo kemarin.

Masyarakat Batak terkhusus masyarakat Karo merasa sangat terhina dan dilecehkan oleh salah satu ormas keagamaan yang beberapa waktu lalu melakukan unjuk rasa menuntut BPK ditutup.

Berbagai reaksi keraspun langsung bermunculan di media sosial dan di warung-warung kopi, lapo tuak,  tempat dimana biasa masyarakat Karo berinteraksi. Berbagai kalangan masyarakat Karo mengutuk keras tindakan ormas tersebut. Beberapa pemuda Karo mengaku di media sosial cukup emosi dengan tindakan ormas tersebut, dia menambahkan bahwa di Deli Serdang suku Karo bukan pendatang dan BPK adalah makanan khas Karo yang sudah turun-temurun ada.

Pemuda Karo baik yang ada di Deli Serdang, Pancur Batu sekitarnya, Kota Medan dan pemuda Karo dari Tanah Karo Simalem mengaku sangat-sangat siap untuk melibas gerombolan ormas yang merusak tatanan keberagaman yang selama ini sudah terjalin mesra. Pemuda Karo dan pemuda Batak lainnya siap mempertahankan makanan khas Karo, mereka mengatakan tidak boleh ada yang mengganggu tradisi kami.

Kota Medan tentu saja menjadi salah satu pusat berkumpulnya warga Karo jika terjadi penolakan yang tidak diinginkan, dan ini semua bisa berdampak buruk pada warga-warga setempat. Untuk itulah kita harus tetap berhati-hati dan memastikan kasus ini bisa terselesaikan secara kekeluargaan.[SCTVNews]
Komentar

Tampilkan

Terkini