BANDA ACEH - Seorang
mantan kombatan GAM,
Adi mengaku saat ini banyak sekali dari pihak
kombatan bertengkar soal proyek
dan banyak pengangguran. Hal ini sangat memprihatinkan karena kue perdamaian
Aceh nyatanya tidak dinikmati oleh seluruh mantan kombatan GAM.
“Kedepan
harus diperhatikan dan jangan terjadi hal-hal
yang tidak kita inginkan. Atau seperti tahun kemarin, 5 tahun ke belakang dan 5 tahun ke depan dari pihak
kombatan terjadi gejolak kontak tembak karena merasa tidak ada keadilan,” ungkap Adi saat mengikuti Forum Diskusi Grup FGMA, di
Banda Aceh, Kamis (14/12/2017).
“Yang
saya lihat seperti diadu untuk
menuntut keadilan. Aceh kedepan harus bersatu
untuk membangun ekonomi jangan ada piha-pihak yang mengadu domba kombatan
tidak untuk kepentingan politik,” harapnya.
Sementara
Tgk. Sufaini Syekhy
selaku Presiden FGMA mengatakan pada prinsipnya pemerintahan
sekarang ini sudah dua periode dipimpin mastan
petinggi Gam tapi rakyat belum ada kesejahteraan dan
keadilan. Kita harap jangan
lagi ada pihak-pihak yang mempersoalkan
hal-hal yang tidak penting bagi
rakyat karena kita sudah berdamai.
Bagaimana
caranya? Kata Syekhy, dalam pemerintahan
kedepan harus memperhatikan nasib-nasib
kombatan agar ada pekerjaan. Seperti DI
TII dulu, ada kesempatan menjadi
TNI dan Polisi.
Kenapa ketika berdamai justru anggota
kombatan dilepas begitu saja, saya mengecam para petinggi itu.
Makanya, kata dia, saya buat FGMA ini untuk mendorong kembali
pemerintah dan DPRA agar memperhatikan hal-hal
demikian. Jangan dianggap, konflik hanya menimpa orang-orang Aceh saja tapi juga diluar Aceh. GAM, TNI, Polri ada yang korban.
Dengan ada perdamaian pemerintah memikirkan agar menyatukan kedua belah pihak supaya tidak terpikir masalah
konflik.
“Sedang
masalah bendera ini (bintang bulan), sampai
kiamat pun tidak akan bisa berkibar. Karena sudah ada komitmen dari awal ketika
kita berdamai. Di dalam perjanjian itu sudah
jelas kita kembali kepada NKRI dan diberi kesempatan mengatur Aceh dengan cara-cara kita sendiri (Otsus),” tegasnya.
Karenanya,
Syekhy mengatakan bendera yang sesungguhnya (bintang bulan) tidak bisa kita
kibarkan lagi karena sudah ada komitmen. Saya minta pertangungjawaban kepada
petinggi ini untuk menyampaikan garis komandonya kepada masyarakat. Untuk
meredam potensi konflik mari kita cari bendera yang lebih tepat dan sudah cocok
yaitu “alam pedang” pemersatu kita.
“Siapapun
yang mengurus Aceh
bisa memperhatikan rakyat dan jangan ada lagi perpecahan. Karena ketika kita sudah tidak
ada keadilan dan lapangan kerja,
bisa saja kembali kepada konflik. Maka pemerintah baik pemerintah pusat jangan
bermain-main. Jakarta harus ambil tindakan kalau ada pembodohan kepada rakyat,” tegasnya.[*]