Lintasatjeh.com - Rumah yang terletak +/- 25 M dari Ladang ExxonMobil Oil Inc, pas di depan pintu masuk Cluster II, terendam banjir dari buangan limbah Exxon yang lagi mengeruk lumpur di DAM Cluster II.
Rumah tersebut dimiliki dan ditinggali oleh pria paruh baya bersama istri dan lima anaknya. Warga Nibong Baroh Kecamatan Nibong, Kabupaten Aceh Utara itu bernama Zamzami (50) yang bekerja sebagai petani kebun.
Tokoh Pemuda yang peduli Lingkungan, Muhammad Fadil (28) kepada HARIAN RENCONG.com, senin 19 Mei 2014, mengungkapkan keluh kesah yang dialami warga terhadap proyek vital yang ada di Nibong.
"Masyaraka Nibong sangat menginginkan respon dari pihak Perusahaan raksasa, karena kehidupan mereka berdamapak langsung dengan ExxonMobil," ujar Fadil.
Saat ini, jelas fadil, rumah pak Zamzami sedang terendam air yang berasal dari buangan limbah. "ExxonMobil saat ini sedang mengeruk lumpur di DAM pada Cluster II, dan buangannya membanjiri rumah pak Zamzami."
Musibah yang dialami warga, menurut fadil bukan kali perdana, bahkan hampir setiap ada pembuangan dari Dam di Cluster II, maka dampaknya langsung terhadap warga yang ada di seputaran exxon tersebut.
Rumah yang terendam air akibat pembuangan Dam, diantaranya rumah Zamzami (50), Habibah (45) janda, Akadir (55), Nyak Ubit (62) janda dan Saidah (45) janda serta beberapa rumah yang lain hanya terkena imbas ringan.
"Bila curah hujan tinggi, mungkin semua warga akan mengalami nasib yang sama seperti pak Zamzami," imbuhnya lagi.
"Seharusnya pihak Manajemen ExxonMobil merespon dan mengatasinya, jangan lagi ada warga yang rumahnya tergenang air akibat dari penggerukan Dam," harapnya.
Tak kurang dari 34 tahun, dimulai dari Perusahaan Mobil Oil dan beralih ke Perusahaan ExxonMobil, sekian lama menyedot Sumber Alam di Aceh Utara khususnya, namun sampai saat ini publik Aceh belum mengetahui angka pasti jumlah produksi mereka, tentang hal ini sebenarnya sudah dipertanyakan Pemerintah Aceh yang meminta Pemerintah Pusat transparan soal produksi Migas Aceh, ungkap fadil.
Sebut saja jalan line-pipa atau jalan Simpang Ceubreuk Point, A. Jalan menuju salah satu ladang produksi ExxonMobil Oil Indonesia (EMOI) tersebut sudah tak diurus lagi dan berlubang di sana-sini, yang dipakai untuk lalu lalang Kendaraan Oprasional Perusahaan setiap hari, lanjut fadil.
Kemudian dalam hal penempatan tenaga kerja, selama ini pertambangan raksasa itu hanya memberi formasi rendahan kepada pekerja lokal, seperti satpam, supir, petugas kebersihan dll. "Untuk jabatan strategis dalam perusahaan hampir semuanya dijabat oleh orang dari luar Aceh."
"Masyarakat juga terus terusik oleh gangguan kebisingan dan gemuruh mesin-mesin industri atau kenaikan suhu udara yang menyengatkan," lanjut fadil lagi.
"Begitulah Potret kehidupan warga sekitar juga tak kalah memilukan, mereka "dipaksa" tinggal di bawah rumah kumuh beratapkan daun rumbia, padahal ada Exxon MOI yang sudah puluhan tahun menikmati renyahnya hasil alam Aceh Utara," papar Muhammad fadil.
"Issue produksi ExxonMobil dalam beberapa tahun ini mulai menurun, namun hal tersebut tentu tidak semerta-merta membuat mereka begitu saja boleh mengabaikan tanggungjawab sosialnya," pungkas tokoh pemuda Nibong ini.
Kontributor Rencong Media Group: Rajali