-->









 





"Yth Ibu Megawati Soekarno Putri dengan kisah kisah 19 Mei nya"

20 Mei, 2014, 17.36 WIB Last Updated 2014-05-20T11:48:13Z
MESKI KKR dan Pengadilan HAM di Aceh belum di selenggarakan, namun 19 mei bukanlah momentum atau peringatan tanggal asing untuk bangsa Aceh, tanggal tersebut adalah peluit baru oleh ibunda Megawati menyatakan Aceh darurat militer, berangsur aparat non organik dikirim dari pusat untuk menggelar latihannya di aceh sebagai ladang empuk dan strategis, aparat dadakan itu pun belajar menembak, belajar membakar belajar memperkosa dan lainnya, saban hari setiap penjuru aceh di warnai aksi perang perangan layaknya negeri 1001 malam, sementara yang menjadi benteng dan tamenh adalah masyarakat sipil tentunya.


Ibunda MSP (Megawati Soekarno Putri) tanpa ragu menentukan sikap, DM adalah sebaik baik keadaan bagi Aceh pada waktu, perintah culik, pengadilan gelap, teror, tembak ditempat, bahkan kekejian sampai merenggut kegadisan inong inong aceh di pertontonkan serdadu pada waktu itu,  bukan sedikit keperihan disana, peluit permulaan tanda dimulainya setiap tetesan air mata yang tak kunjung mengering. ada anyir darah yang bersimbah, ada seketika mendadak hening setelah riuh gemuruh pelontar besi besi bejat dan biadab,



Hari ini, bersamaan tanggal 19 mei tersebut,  PDI Perjuangan mendeklarasikan pasangan Capres Cawapresnya untuk  R1, tidaklah naif bagi tetangga yang tidak sama sekali merasai kehilangan cutbangnya, aneuk agamnya, atau orang orang terkasihnya, paling tidak 19 mei telah mendekorasi hati hati luka, dengan semangat menyambut Indonesia baru, juga Aceh baru tentunya, sedang ada pinangan dan pelaminan megah jauh dijakarta sana, sementara yatim dan janda disini masih dengan ruang  kelam tanpa belas, sambil merapikan letak bingkai photo mendiang suaminya atau abi nya yang telah jauh hari menuntut semangat dan kesejahteraan tetapi dibungkam.



PDI Perjuangan adalah kepunyaan Ibu Mega yang 11 tahun lalu dengan tinta emasnya, telah menoreh darah merah disetiap jengkal dada dada bangsa aceh, dan kemudian bagai fat



amorga perlahan kita diajak melupakan, meski disisi lain banyak yang meneriaki "lawan lupa".dan begitu pula Pengadilan HAM yang sempat diperdengarkan,lalu karena kekhawatiran besar itu pun di ajak lupa, LAWAN LAGI.



Sungguh ironi memang, negeri dengan seribu dongeng telah mampu dikemas menjadi lahan perorangan, atau kelompok sudah tentu berimbas kepada Aceh pula.



19 mei kemudian akan Menjadi sejarah bagi aceh dan jakarta sana, dengan haru biru dan air mata.



Jika aceh mengenang semangat perjuangan yang di awali dengan suguan jerit tangis karena tinta mega, Lain dengan sebagian jakarta yang menganggapnya sebagai penyambutan semangat baru untuk indonesia baru.



Selanjutnya kita hanya bisa menanti untuk setelah 19 ini 20 ini, akankan cerita lama kembali terulang, jika ia sungguh kita keledai yang buta,semoga tidak !!!

Hanya kepada Nya jua kita berserah, cukup sudah derita Aceh.



Penulis : Hery Tanjong (Direktur Eksekutif LSM LABANG BANGSA)
Komentar

Tampilkan

Terkini